Minggu, 22 Mei 2011

Guru Berwibawa vs Guru Idola

Keberadaan dan kehadiran Guru masih begitu sentral dalam proses pembelajaran di sekolah walalupun hakikatnya proses pembelajaran sekarang ini tidak lagi terfokus pada hanya seorang guru dimana guru hanya berperan sebagai seorang fasilitator saja dan para peserta didik dituntut untuk lebih kreatif dan lebih cerdas dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang dipelajarinya.

Sosok sentral inilah menjadikan sosok seorang guru dituntut benar-benar menguasai materi-materi yang diampunya dan peserta didikpun sering kali bisa memberikan penilaian atas kinerja dan kemampuan guru yang bersangkutan, jangan salah banyak peserta didik walalupun selama mereka berada dalam kelas duduk rapi, tidak ribut, selalu mengerjakan tugas namun kenyataannya mereka selalu membicarakan guru yang bersangkutan karena ketidakmampuannya dalam menyampaikan materinya, interaksi dengan peserta didik kurang, komunikasi yang berjalan searah, monoton dan tidak variatif, membosankan dan banyak lagi hal-hal yang harus diperbaiki guru yang terkadang tidak disadarinya.

Matematika Masih Jadi Momok

Evaluasi hasil ujian nasional (UN) tingkat sekolah menengah atas (SMA) Maret lalu menunjukkan, mata pelajaran matematika dan bahasa Indonesia masih menjadi momok siswa.

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh menjelaskan, hal tersebut terlihat dari persentase siswa yang meraih nilai di bawah 5,5 pada kedua mata pelajaran itu.

“Pada mata pelajaran matematika, 51,44 persen atau 2.391 siswa tidak lulus. Sementara 38,44 persen atau 1.786 siswa tidak lulus pada mata pelajaran bahasa Indonesia,” kata Mendiknas, Jumat (20/5).

Disdik Sukoharjo tak tertarik terapkan PPDB online

Dinas Pendidikan (Disdik) Sukoharjo tidak tertarik untuk menerapkan sistem online dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) pada tahun ajaran 2011/2012 untuk SMA/SMK dan SMP di Sukoharjo.

Kabid SMP, SMA, dan SMA Disdik Sukoharjo, Dwi Atmojo Heri mengatakan sistem PPDB online belum cocok untuk Sukoharjo. Pasalnya, masih terdapat banyak kekurangan dalam penggunaan sistem itu. “Untuk perangkat, seperti komputer sebenarnya sudah ada semua. Tapi, kami belum akan menerapkan PPDB onlinepada tahun ini. Belum cocok untuk masyarakat Sukoharjo,” jelas Heri, akhir pekan kemarin.

Dia melanjutkan, melihat dari pengalaman yang ada, dengan menilik beberapa daerah yang sudah menerapkan PPDB online, banyak calon siswa baru yang justru kebingungan dengan penggunaan sistem online. Begitu pula dengan wali murid yang mendampinginya.

Sumber: Solopos

Waspada.. Orang Kurang Berpendidikan itu Cepat Tua Lho!

Orang yang kurang berpendidikan itu cenderung menua lebih cepat. Demikian menurut sebuah penelitian di Inggris yang mencakup 400 wanita dan pria.
Bukti DNA memperlihatkan sel penuaan lebih sempurna di orang dewasa yang tidak punya kualifikasi pendidikan dibandingkan dengan mereka yang punya gelar sarjana. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal kesehatan Brain, Behaviour and Immunity.

Para peneliti berpikir pendidikan akan membuat orang hidup lebih sehat. Yayasan Jantung Inggris mengatakan penelitian yang dilakukan di London ini memperkuat perlunya usaha untuk mengatasi masalah kesenjangan sosial. Hubungan antara kesehatan dan status ekonomi sosial itu muncul dengan jelas lewat hasil penelitian ini.

Memanfaatkan Keping Cakram (CD/DVD) Bekas

Percaya nggak kalau CD/DVD bisa menjadi barang yang bermanfaat bahkan menguntungkan? Bahkan CD/DVD bisa menjadi kerajinan yang berpeluang ekspor.
Coba bayangkan jika masing-masing orang di dunia ini memiliki 5 CD/DVD yang sudah tidak terpakai lagi. Tentu dunia ini akan dipenuhi CD/DVD bekas. Dari pada dibuang sayang, lebih baik kita mengkreasikannya menjadi barang yang menguntungkan. Peluang bisnis dari CD/DVD bekas ini sangat besar.

Kerajinan dari CD/DVD bekas ini patut Anda coba karena pasanya masih luas. Kerajinan ini memiliki keunikan tersendiri. Banyak kreasi yang bisa dihasilkan dari CD/DVD bekas ini. Seperti tempat tisu, bingkai foto, lampu, hiasan dinding, dan masih banyak lagi.

Bisnis ini dapat dilakukan oleh para pelajar atau orang tua. Artinya bisnis ini bisa dilakukan oleh semua kalangan.

Tragis, Sekolah DKI Tak Masuk 10 Besar Terbaik!

DKI Jakarta tak lagi menjadi favorit dalam ujian nasional tahun ini. Dari sekian daerah yang bersaing menjadi yang terbaik, nilai UN murni di DKI justru tidak termasuk kategori 10 terbaik.

Sekolah di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) menjadi sekolah yang nilai UN murninya paling tinggi. Sekolah tersebut adalah SMA Negeri 10 Fajar Harapan yang berlokasi di Kota Banda Aceh. Dengan pesertanya yang berjumlah 61 siswa, SMA ini berhasil meraih nilai rata-rata tertinggi, yaitu 9,53.

Di posisi kedua sekolah terbaik adalah SMA Negeri 4 Denpasar dengan jumlah siswa 259. Nilai rata-ratanya berbeda 0,04 saja dari SMA Negeri 10 Fajar Harapan, 9,49. Dan urutan ketiga diraih SMA Negeri 1 Tasikmalaya dengan nilai rata-rata 9,40. Jumlah siswanya lebih banyak, yaitu 302 peserta. Sisanya berasal dari kabupaten Lamongan, kabupaten Aceh Besar, kota Bekasi, dan kabupaten Kudus.

National Geographic Challenge!

National Geographic Challenge adalah permainan yang sangat menghibur cocok bagi seluruh keluarga, dan juga ideal untuk teman-teman yang ingin bermain sambil belajar yang akan membawa pemain untuk sebuah petualangan fantastis penemuan dunia. Tujuan dari setiap permainan adalah menaklukkan sebanyak mungkin wilayah mungkin, mengalahkan lawan Anda dengan memberikan jawaban yang benar untuk menuju dominasi dunia!.

Permainan menggabungkan format kuis dengan arsip National Geographic yang sarat dengan gambar dan materi pengetahuan yang menghasilkan sebuah videogame yang unik dan menyenangkan! Tidak perlu menjadi ahli dalam rangka menghadapi setiap tantangan, yang diperlukan adalah kecepatan, keterampilan visual dan banyak ..... intuisi!

National Geographic Challenge memungkinkan para pemain untuk mengeksplorasi planet kita melalui sejarah dan geografi, memulai sebuah perjalanan melalui dunia yang berbeda dan semua benua yang luas dan menyaksikan umat manusia. Karya-karya Michelangelo, rahasia kaisar Nero, petualangan Kaisar besar, misteri tentang sejarah Charlemagne, keanehan kehidupan hewan dan keingintahuan geografis paling aneh yang terkandung dalam "National Geographic Challenge!" akan memuaskan dahaga Anda untuk pengetahuan!

Rabu, 18 Mei 2011

Nak, Urungkan Niatmu Jadi Sarjana…

“Maafin aku nak ya,urungkan niatmu untuk menjadi sarjana. Ayah tidak sanggup menyediakan uang sebesar itu dalam waktu sekejap,” kata itu mungkin yang sering muncul dari seeorang ayah yang anaknya diterima menjadi mahasiswa jalur undangan Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Dulu jalur ini dikenal dengan PMDK.

Bagaimana tidak, seorang teman di facebook, Coen Husain Pontoh, menuliskan keluh kesahnya di statusnya. “Keponakan saya keterima di salah satu universitas terkemuka di pulau Jawa melalui jalur “undangan.” Tapi untuk bisa masuk kuliah ia pertama kali harus bayar Rp. 40 juta kontan,” tulisnya, “Kampusnya terkenal sebagai kampus rakyat, namanya: Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta,”

Bayangkan saja, orang tua yang gajinya di atas upah minimum, katakanlah Rp. 2,5 juta/bulan, belum tentu bisa menyediakan uang sebesar itu dalam waktu yang singkat. Kecuali kalau orang tua itu nyambi korupsi tentunya. Padahal upah minimum seorang buruh atau karyawan/karyawati di Jakarta berkisar Rp. 1,2 jutaan.Pada situs Pemprov DKI Jakarta pada tanggal 29 Nov 2010 diberitakan bahwa Upah Minimum DKI Jakarta (UMP/UMR DKI Jakarta) tahun 2011 telah ditetapkan, yaitu sebesar Rp 1.290.000 per bulan per orang.

Bangkitkan Indonesia dengan Pendidikan

Berdirinya budi utomo pada 20 mei 1908 adalah langkah awal bangkitnya rasa nasionalisme bagi bangsa Indonesia, maka dari itu hari lahirnya budi utomo ini diperingati sebagai hari kebangkitan nasional Indonesia.

Namun, semangat kebangsaan itu tidak statis, tetapi harus terus dipelihara dan diperkuat dari waktu ke waktu mengingat suatu saat nanti generasi penerus indonesia akan menghadapi zaman, iklim dan perjuangan yang sama sekali berbeda dengan hal hal yang yang telah kita dan pendahulu kita lakukan untuk memajukan negeri ini.

Walaupun untuk mengubah negeri untuk lebih maju itu tidak semuadah membalikan telapak tangan Salah satu alternatif bagi kita untuk memajukan bangsa ini adalah dengan memajukan dunia pendidikan di Indonesia dan hal ini juga menjadi pr penting bagi pemerintah. Oleh karena itu sistem pendidikan yang baik dan sarana penunjangnya harus dijadikan batu loncatan bagi kebangkitan nasional kedua.

Siswa SMK Sukoharjo lulus 100%

"Alhamdulillah... seluruh peserta didik di BBK-SIP kelas VI dan IX lulus 100% dengan hasil yang memuaskan."

Sebanyak 4.512 siswa SMK di Kabupaten Sukoharjo lulus 100% pada Ujian Nasional (UN) 2011.

Sedangkan untuk siswa SMA dari 3.366 siswa yang tidak lulus 7 anak. Adapun bagi siswa Madrasah Aliyah (MA) dari 412 siswa yang tidak lulus 1 siswa.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sukoharjo, Joko Raino Sigit menuturkan persentase siswa SMA yang lulus sebanyak 99,79% dan siswa MA yang lulus persentasenya 99,76%

“Dari data tingkat kelulusan siswa SMA/MA ada kenaikan karena tahun sebelumnya sekitar 98 persen. Kenaikan itu dipacu adanya sosialisasi kriteria kelulusan lebih awal dan adanya kriteria penilaian kelulusan yang berbeda dari tahun lalu,”
papar Joko saat ditemui wartawan, Senin (16/5/2011).

Siswa main PS saat jam sekolah, guru harus tanggung jawab

Orangtua sebaiknya meletakkan komputer di ruang tamu, ruang kerja orangtua atau ruang tamu. Tempat-tempat tersebut merupakan tempat ideal meletakkan komputer sebagai salah satu upaya mengatasi dampak buruk penggunaan komputer dan Internet.

Pendapat itu disampaikan staf pengajar di Jurusan Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Didiek S Wiyono, saat menjadi pembicara Seminar Nasional bertema Wujudkan Generasi Teknologi, Generasi Islami dan Generasi Berbudi di aula kampus PGSD UNS, Solo, Selasa (17/5). Seminar tersebut diselenggarakan oleh Sentra Kegiatan Islam PGSD UNS.

Tempat tidak ideal untuk meletakkan komputer, katanya, adalah kamar tidur, ruang bermain anak atau ruang yang jarang mendapat perhatian lainnya. Selain meletakkan komputer pada tempat ideal, ungkapnya, pengaruh buruk teknologi juga bisa diatasi dengan menemani dan membimbing anak saat mengakses Internet, membuat jadwal penggunaan komputer, membuat kesepakatan apa yang boleh dilakukan anak dan apa yang tidak boleh dilakukan anak, memilihkan program aplikasi yang tepat bagi anak, mengembangkan kemampuan anak dalam menggunakan komputer dan Internet.

Selasa, 10 Mei 2011

Masa SMA, Masa Sulit bagi AnakSM

Masa duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), merupakan masa sulit dalam perkembangan anak. Sebab, pada usia tersebut anak sedang kuat-kuatnya mencari jatidiri.

Demikian dikatakan Paula Santi Rudati salah seorang pembicara dari Politeknik Negeri Bandung dalam seminar tentang perkembangan anak. Seminar itu digelar dalam rangkaian acara Reuni Intan (60 Tahun) SMA Pangudi Luhur St Yosef Solo, di aula setempat Selasa (10/5).

“Karena itu perlu adanya kemandirian agar mereka mendapatkan apa yang mereka cita-citakan,” ujar Paula dalam seminar yang diikuti siswa dan orangtua siswa itu.

Lagi, Tim Olimpiade Fisika Indonesia Meraih Medali Emas

Terdengar dari Tel Aviv (Israel), Evan Laksono, siswa perwakilan SMAK Ipeka Tomang Jakarta untuk Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TIFO), akhirnya berhasil mendapatkan 1 medali emas (1). Rekannya yang lain, Erwin Handoko Tanin (SMA Sutomo 1 Medan) dan Limiardi Eka Sancerio (SMAK Penabur Gading Serpong Tengerang), masing-masing memperoleh 2 Honorable Mention (HM). HM adalah satu penghargaan saja yang diberikan di bawah peringkat perunggu.

Ajang kompetisi Asian Physic Olympiad (APhO) ke-12 ini terselenggara dari tanggal 1 sampai 9 Mei 2011, dan diikuti 16 negara peserta. Beberapa negara yang menjadi pesaing terberat adalah China, Taiwan, Rusia, dan Israel. China sendiri memperoleh 8 medali emas dan menjadi negara terbanyak yang mendapatkan medali itu (2).

Sangat disayangkan, kita hanya mengirim 5 siswa. Tetapi tradisi emas tetap dapat dipertahankan. Total pencapaian prestasi di APhO dari sejak tahun 2005 adalah 23 medali emas, 15 perak, 27 perunggu dan 35 HM. Sedangkan di ajang International Physics Olympiad (IPhO), sejak 2002, siswa kita telah meraih 20 medali emas, 18 perak, 25 perunggu dan 15 HM. Setuju, ini memang benar-benar tradisi prestasi emas yang terukir dengan konsisten.

Nak, Kamu Sekolah untuk jadi Apa?

Kisah 1

Ayah : "Nak, kamu sekolah untuk jadi apa?"
Anak : "Mau jadi seperti Ayah"

Kisah 2

Ayah : "Nak, kamu sekolah untuk jadi apa?"
Anak : "Terserah, mau jadi apa emang saya pikirin"

Kisah 3

Ayah : "Nak, kamu sekolah untuk jadi apa?"
Anak : "Justru saya mau nanya, untuk apa Ayah sekolahkan saya!"

Mencermati Potensi Gifted pada Anak

Apakah anak anda sering ngeyel, sulit diatur, keras kepala, humoris bahkan senang meledek, kritis, eksploratif alias senang mencoba berbagai hal dan kreatif atau banyak ide? Kalau ya, jangan buru-buru mencap sang anak dengan label buruk seperti ‘nakal’ atau ‘kurang ajar’ lalu kita menghukumnya dengan pukulan, caci maki dan sanksi lainnya. Percayalah….sesungguhnya anda tengah mendapat amanah dari Tuhan YME untuk mengasuh seorang Anak Gifted atau Anak Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa (CI+BI) yaitu anak penyandang ‘gen jenius’ yang memiliki potensi unggul.

Sayangnya ilmu tentang Anak Gifted di Indonesia begitu lambat berkembang karena kurangnya sosialisasi pada masyarakat hingga banyak orang tua bahkan para pendidik sekalipun tidak mengetahui hal ini. Kesalah pahaman seringkali terjadi hingga Anak Gifted kerap diabaikan, diperlakukan dengan semena-mena dan bahkan sering mendapatkan salah diagnosa yaitu ADD-ADHD, Autis, Asperger, pengidap gangguan jiwa dan lainnya. Tak heran bila mereka lebih banyak berada di jalanan, rumah sakit jiwa atau di penjara ketimbang meraih prestasi akademis yang tinggi serta berbagai medali penghargaan.

SEJARAH

Di abad ke-4 SM Plato sesungguhnya telah mempelajari tentang keberbakatan pada individu unggul yang lalu diklasifikasikan menjadi 3 kategori terdiri dari tipe Emas, Perak dan Perunggu. Diantara ketiganya, tipe Emas dianggap sebagai individu paling unggul karena banyak memiliki kelebihan dibandingkan lainnya sehingga memerlukan pendidikan khusus karena sangat diperlukan Negara untuk menduduki posisi penting dalam pemerintahan.

Matinya Pendidikan di Indonesia

Pendidikan adalah salah satu instrumen utama dalam pembentukan kepribadian masyarakat. Masyarakat yang berkepribadian baik adalah mereka yang dihasilkan dari sistem pendidikan yang baik. Sebaliknya, sistem pendidikan yang buruk turut serta berperan dalam pembentukan karakter buruk masyarakat. Pola pendidikan di Indonesia saat ini tak ubahnya dengan pola pendidikan kolonial yang hanya menghendaki kaum ningrat saja yang bersekolah.

Hal ini dikarenakan pendidikan Indonesia telah dirasuki oleh kapitalisme dan neo-liberalisme, dimana kualitas pendidikan rakyat ditentukan oleh kekuatan modal. Mereka yang kaya dapat memasuki sekolah unggulan dan mendapat kualitas pendidikan yang optimal, sementara untuk mereka yang tidak memiliki biaya jangan harap mereka mendapat kualitas pendidikan yang sama dengan mereka yang punya uang. Ini berarti pemerintah telah melanggar UU. No. 20 Tahun 2003 pasal 5 yang berbunyi: “Negara menjamin setiap warga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu“.

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah. Namun, bukan berarti segala beban itu diberikan kepada rakyat. Masih menjadi kewajiban bagi pemerintah dalam menjamin pendidikan bagi rakyatnya, baik yang kaya ataupun yang miskin. Negara juga tidak boleh hanya menjadi sebatas regulator saja seperti yang dilakukan oleh pemerintah saat ini.

Senin, 09 Mei 2011

Ajari Anak dengan Pendidikan Keteladanan

Semoga di saat anda membaca tulisan saya ini, anda semua dalam keadaan sehat wal’afiat. Semoga pula kesuksesan hidup dalam aktivitas sehari-hari senantiasa mengiringi hidup anda.

Saya pun berharap wajah-wajah keceriaan mengiringi hari-hari indah anda bersama keluarga. Keluarga sakinah mawaddah warahmah. Keluarga yang di dalamnya ada figur keteladanan dari ayah dan ibu. Mampu memimpin keluarga kecil bahagia sejahtera dengan penuh kasih sayang, karena didalamnya telah ditanamkan pendidikan keteladanan.
Pendidikan keteladanan di mulai dari keluarga dan diajarkan pula di sekolah. Anak sudah harus diarahkan untuk mengikuti hal-hal baik yang dilakukan oleh para orang dewasa agar mereka mendapatkan contoh konkrit dari apa yang dilihatnya.

Seorang anak adalah mesin foto copy yang canggih, apapun yang diperbuat oleh bapak dan ibunya maupun lingkungan keluarga akan dicontoh oleh si anak,. Tinggal sekarang kemana si anak akan diarahkan? Oleh karena itu bijaklah dalam berbicara maupun bertindak. Ingatlah dalam keluarga ada yang sedang menjiplak anda.

Memanfaatkan Google Books untuk Belajar

Beberapa guru, terutama yang sedang sekolah lagi, sering menanyakan pada saya mengenai bahan-bahan untuk penelitian. Menurut saya untuk bahan terkait penelitian, saya lebih suka membaca jurnal dan buku, ketimbang membaca artikel di website.

Artikel di website saya gunakan untuk menemukan “kata-kata kunci” yang kemudian saya cari lagi di buku. Untuk keperluan ini saya senang menggunakan Google Books.

Saya tinggal mengetikkan kata kunci ke dalam kotak ‘search‘ dan saya bisa menemukan buku terkait kata kunci.

Misalnya saat saya mengetikkan frase “reflexive teaching“ saya bisa menemukan 33.400 buku terkait reflexive teaching. Banyak banget kan?

Minggu, 08 Mei 2011

Idealisme Guru Dinilai Menurun

Idealisme guru dinilai mulai menurun. Ini karena sistem kapitalisme pendidikan yang membuat guru menjadi sibuk sendiri mengejar kesejahteraan hidup, dan melupakan tugas pokok kepada siswa yaitu mengasuh, mendidik dan memelihara.

Demikian ditegaskan praktisi pendidikan Al Firdaus, Siti Rohimah saat berbicara dalam seminar pendidikan Kapitalisasi Pendidikan Mengikis Idealisme Guru, yang digelar Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) cabang Solo di SMKN 7, Minggu (8/5).

Dikatakan Siti, tugas dari seorang guru tidak hanya sekadar menyampaikan materi kepada anak. Lebih dari itu, guru harus melihat satu persatu apakah anak sudah memahami materi yang diberikan atau belum. Pemahaman itu tak hanya sekadar klasikal, namun harus dilihat secara individual sejauh mana pemahaman anak.

Pendidikan Anak Bangsa

2 mei 1889, di Yogyakarta lahirlah seorang anak yang dimasa depannya tampil sebagai salah satu pejuang garda depan dalam perjuangan kemerdekaan bangsanya. Dia adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara. Seorang tokoh yang berusaha membangun peradaban bangsa melalui pendidikan dengan Tamansiswa-nya. Berkat jasa-jasanya memajukan pendidikan bangsa, oleh pemerintah orde lama, ia diangkat sebagai bapak pendidikan nasional dan tanggal lahirnya diperingati sebagai hari pendidikan nasional.

Kini, 2 mei 2011, seratus dua puluh dua tahun setelah kelahiraannya, bangsa ini telah mencapai kemerdekaan. pendidikan pun berkembang seiring dengan perkembangan iptek. Internet, buku-buku, perpustakaan, juga sekolah bertebaran dimana-mana. Akses terhadap pendidikan pun semakin mudah didapatkan. Mungkin itulah memang yang diharapkan olehnya.

Namun akses yang mudah itu hanya mampu didapatkan oleh orang berpunya. Sekolah yang berkualitas hanyalah sekolah-sekolah swasta yang bertarif luar biasa mahalnya. Sedang sekolah-sekolah milik pemerintah hanya mampu terengah-engah ketika harus mengejar ketertinggalannya. Hal tersebut dirasa tragis dimana, justru anak bangsa kitalah yang tertinggal di rumah kita sendiri.

Kamis, 05 Mei 2011

Kegembiraan bikin anak cerdas

Orangtua, guru maupun insan pendidik lainnya diminta menjaga suasana gembira anak jika menginginkan anak tersebut tumbuh menjadi pribadi yang cerdas. Pasalnya, ketika seorang anak suasana hatinya gembira atau senang, dia akan lebih mudah menerima suatu ilmu dan otak akan berkembang sangat pesat.

Pendapat itu disampaikan owner Genius Mind Consultancy (GMC) Solo, Sugeng, di sela-sela acara seminar sehari bertema Mengenal Potensi dan Bakat Anak, Menggali Potensi Jenius pada Anak, yang diselenggarakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)/Kelompok Bermain (KB) Bina Bangsa bekerja sama dengan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Solo dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Solo, di Ria Rasa Resto, Manahan, Solo, Kamis (5/5).

“Hal yang bisa menurunkan kemampuan anak pada hakikatnya adalah tekanan atau anak tersebut mengalami stres. Padahal pendidikan di Indonesia banyak yang justru memberikan tekanan besar pada anak”

Senin, 02 Mei 2011

Buku Cetak Diganti Komputer Tablet

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan mengembangkan komputer tablet yang berisi materi pelajaran. Komputer tablet ini nantinya akan menggantikan buku cetak pelajaran yang selama ini digunakan siswa sekolah.
”Komputer tablet ini akan digunakan sebagai bagian utama dalam sistem pelajaran,” ujar Mendiknas M Nuh di kantor Kemendiknas, Jakarta, Senin (2/5).

Nuh mengatakan, buku yang berbentuk cetak hanya akan menjadi penunjang komputer tablet. Sehingga para siswa tidak perlu lagi membawa buku yang banyak dan berat ke sekolah. ”Itu yang membuat mereka kecapekan,” ungkapnya.

Kemendiknas dalam hal ini bekerja sama dengan Balai Pustaka dalam menyediakan buku-buku materi pelajaran, Microsoft Indonesia dan Intel Indonesia.

Guru Wajib Perdalam Teknologi Informasi

Setiap guru wajib memperdalam pengetahuan dan keahlian tentang teknologi informasi (TI), guna menunjang pembuatan materi ajar. Hal ini supaya guru mendapatkan bahan ajar yang selalu baru, mengikuti perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan.

Demikian dikatakan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN) Yogyakarta, Dody Hapsoro kepada wartawan saat ditemui di sela-sela workshop bagi guru di SMA Pangudi Luhur St Yosef, Solo, Senin (2/5). “Perkembangan teknologi tidak mungkin dicegah dan dihambat. Justru perkembangan teknologi harus dimanfaatkan, khususnya dalam dunia pendidikan sekarang ini,” ujar Dody.

Oleh karena itu, menurut Dody, baik guru maupun anak didik perlu dibekali ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara mengolah TI.

Dikatakan, TI luwes pemanfaatannya dan tidak terbatas usia seseorang di berbagai jenjang pendidikan. Sedangkan kebutuhan guru akan pemanfaatan internet di kelas, disesuaikan dengan kebutuhan tiap anak dan mata pelajaran yang diajarkan.

Pendidikan karakter jadi gerakan nasional

Pendidikan berbasis karakter akan menjadi gerakan nasional mulai tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dimulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai perguruan tinggi, termasuk di dalamnya pendidikan nonformal dan informal.

Hal itu ditegaskan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, saat memberikan sambutan dalam upacara bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), sebagaimana dibacakan Wakil Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, saat upacara Hardiknas di Balaikota Solo, Senin (2/5/2011).

Sementara Walikota Solo, Joko Widodo, menilai pendidikan karakter yang selama ini dilaksanakan di Kota Solo, masih biasa saja. Ia berharap pelaksanaan pendidikan karakter lebih dikuatkan dan lebih aplikatif.

Perjuangan Tiada Akhir Pak Zul, Guruku

Saya punya seorang sahabat, namanya Zulhiswan, biasa dipanggil Pak Zul. Beliau guru matematika. Saya sering menganggap beliau sebagai guru, karena petuah-petuahnya dan karena perbedaan umur kita yang cukup jauh.

Saat ini beliau sudah berkepala lima, jadi sudah lama menjadi guru. Akan tetapi, beliau tidak berpangkat alias bekerja sebagai guru tidak tetap. Dulu, di saat guru lain diangkat menjadi PNS, beliau menjadi guru honorer. Sekarang di saat guru lain mampu mengendarai mobil dan membeli rumah real estate, beliau masih menunggang motor Honda tuanya dan tinggal di perumnas. Beliau guru yang sangat sederhana.

Beliau bekerja dengan penuh dedikasi untuk murid. Beliau tidak sibuk mengejar kompetensi pribadi, tetapi sibuk mengejar kompetensi murid. Beliau tidak sibuk mengejar prestasi pribadi, tetapi sibuk mengejar prestasi murid. Beliau tidak memanfaatkan karya muridnya untuk kepentingan pribadi, tetapi memanfaatkan karya pribadinya untuk kepentingan muridnya.

Kapan kualitas pendidikan akan meningkat?

Semua orang sudah paham bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang. Karena bersifat jangka panjang, banyak orang malas untuk berpikir panjang. Keuntungan atas investasi itu terlalu lama. Maka, untuk apa berinvestasi lama-lama? Lagian, keuntungan itu tidak diberikan kepadanya. Sebuah pikiran picik dan teramat dangkal. Namun, itulah kenyataan!

Pendidikan kita mustahil maju. Dengan kebijakan yang terlalu dinamis dan kekurangpedulian pemerintah, kualitas pendidikan justru cenderung turun. Penurunan kualitas itu dapat dilihat dari pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Setelah pemberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada 2004, aku berkesimpulan bahwa kualitas pendidikan kita menurun, baik proses maupun hasilnya.

Kondisi itu diperparah oleh pemberlakuan otonomi daerah. Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Guru cenderung berbau korupsi. Guru-guru baru banyak berasal dari latar pendidikan non-guru. Meskipun mereka mendapatkan pengakuan Akta IV, itu tidak serta menjamin bahwa mereka layak menjadi guru. Ijazah Akta IV begitu mudah didapat. Mahasiswa hanya diwajibkan memenuhi beberapa Satuan Kredit Semester (SKS) yang teramat sedikit. Maka, jadilah guru serba instan. Sebenarnya, sesuatu yang diperoleh secara instan tentu tidak mungkin berkualitas baik!

Sekolah Buruh

Hari ini tanggal 2 mei 2011, bangsa kita merayakan hari Pendidikan Nasional. Hari ini merupakan hari yang istimewa karena merupakan hari yang menentukan nasib sebuah bangsa. Pendidikanlah yang memberikan andil demikian besar bagi kemajuan sebuah bangsa. Bangsa yang ingin maju dan besar maka harus memajukan dan membesarkan dunia pendidikannya.

Pendidikan bertumpu pada sekolah. Sekolah yang baik akan menghasilkan siswa yang baik. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, sekolah harus mendapatkan perhatian yang besar dari semua unsur Negara, baik itu pemerintahan maupun rakyatnya.

Beberapa waktu yang lalu, sekolah kita menyelenggarakan ujian nasional. Baik tingkat SLTP maupun SLTA. Ujian tersebut akan menentukan nasib para siswa kita apakah bias melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ujian nasional yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional akan menentukan nasib bangsa ini beberapa puluh tahun yang akan datang. Mereka yang lulus tahun ini akan memberikan kontribusinya beberapa tahun yang akan datang. Kontribusi tersebut akan menentukan arah dan masa depan bangsa Indonesia.

Apakah mereka yang lulus tahun ini akan menjadi pencari kerja, pekerja atau buruh, atau menjadi orang yang menyediakan lapangan kerja. Kedua hal ini merupakan hasil atau produk sebuah sekolah. Sekolah yang berorientasi kualitas akan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Begitu pula sebaliknya. Artinya, lulusan sebuah sekolah merupakan cerminan dari sekolah tersebut.

Sekolah Pemulung

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dii, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan terdiri atas beberapa jenjang yang merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Misalnya saja, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, jalur pendidikan, pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Nah, di Indonesia pendidikan dibagi atas beberapa jenis, yaitu pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pedidikn akademik, pendidika profesi, pendidikan vokasi, pendidikan kagamaan, dan pendidikan khusus.

Di era sekarang, dunia pendidika di Indonesia menjadi heboh. Kehebohn tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Saat ini, gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajuan teknologi dan prubahan yang terjadi memberikan kesadaran bau bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka yang membuat orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain. Atmosfer ketertinggalan di dalam mutu pendidikan begitu hangat terasa. Baik itu pendidikan formal maupun informal. Parahnya, hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya denga negara lain.

Suatu hal yang tidak terbantahkan bahwa pendidikan adalah penopang dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karenanya, dibutuhkan kekuatan yang besar dalam peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia agar tidak kalah bersaing dengan kualitas mutu sumber daya manusia di Negara-negara lain.

Mengintip Sistem Pendidikan Abad Pertama

Saya sedikit penasaran dengan cara orang-orang dari abad pertama berinteraksi dalam proses belajar mengajar. Sebuah buku yang saya baca menceritakan bahwa minimnya manuskrip (lembar kulit hewan atau perkamen), saat ini yang kita kenal kertas, menuntut dilakukannya tradisi lisan dan budaya mengingat secara komunitas.
Seorang guru biasanya mengulangi bagian ajarannya sampi beratus kali. Seorang peneliti tradisi belajar abad mula-mula dalam b.Hag. 9b (bar., Ibid Hal 134-135) mengatakan “Seorang guru biasanya mengulangi setiap bagian dari ajarannya ‘empat ratus kali’ untuk murid yang lamban, bahkan sampai ‘enam ratus kali’ jika murid itu masih belum juga menghafalkannya”. Deskripsi hiperbolis ini memberikan kesan akan metode mengajar yang sederhana namun dipandang efektif, hanya menuntut kesabaran sang guru dan muridnya.
Di Sinagoge (semacam tempat diskusi) atau di daerah-daerah perbukitan, pada abad itu akan mudah ditemui seorang guru sedang menyampaikan ajarannya kepada beberapa orang muridnya (terkadang mencapai ratusan). Tidak satupun murid itu harus mendaftar terlebih dulu, mereka datang karena keinginan sendiri. Meskipun dalam berkali-kali pertemuan, ajaran yang disampaikan hampir sama, tetapi tidak banyak yang mundur. Esok hari, ketika terdengar sang guru akan mengajar di suatu tempat, mereka akan kembali berkumpul dengan senang hati.

Pendidikan Karakter Sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa



Hari ini kita memperingati Hari Pendidikan Nasiaonal. Saya menyimak isi sambutan Bapak Menteri Pendidikan Nasional. Isi dari sambuatan itu sungguh merupakan angin suraga yang sumilir ditengah hiruk pikuk dan terpuruknya dunia pendidikan kita. Bapak Menteri dalam pidatonya di peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini adalah:

Pendidikan Seharusnya E.D.U.C.A.T.I.O.N


Untuk dapat memahami hakikat pendidikan sebenarnya sederhana saja Art-Ong Jumsai Na-Ayudha (2008) dalam bukunya Human Values Integrated Instructional Model, menyebutkan sebagai berikut:

E = Enlightenment (Pencerahan).

D = Duty and Devotion (Tugas dan pengabdian)

U = Understanding (Pemahaman)

C = Character (Karakter)


A = Action (Tindakan)

T = Thanking ( Berterimakasih)

I = Integrity (Integritas)

O = Oneness (Kesatuan)

N = Nobility (Kemuliaan)

Sumber: Kompasiana

Menggugat Pendidikan di Indonesia

Pendidikan yang seharusnya mampu menjadi sumber pencerahan dan pemecah masalah kini justru menjelma menjadi masalah dalam kehidupan. Bagaimana tidak?, pendidikan yang awalnya mulia dengan bertumpu pada filosofi bahwa pendidikan adalah untuk “me-manusiakan manusia” telah direduksi total maknanya hingga hanya menjadi sekedar pengajaran atau pelatihan semata. Hal ini kemudian memunculkan masalah yang sangat kompleks sebab output dari pendidikan yang seyogyanya menciptakan manusia ”beradab”, faktanya justru menghasilkan manusia-manusia ”biadab” dengan fungsi rasionalitas yang dianggap wajar pada struktur sosial masyarakat.

Dalam hal ini kita harus jeli dalam membedakan antara pendidikan dan pengajaran sebab jelas kedua hal tersebut sangat berbeda. Hal ini kemudian tercermin pada sekolah dan universitas-universitas di negeri ini yang menurut saya hanya mampu menciptakan sistem pengajaran yang baik. Namun belum mencapai ranah pendidikan dalam arti yang sebenarnya. Terlalu banyak guru dan dosen yang bukan pendidik, hanya sebatas pengajar yang terkadang arogan dalam berkreasi hingga terkadang seolah berkuasa terhadap ilmu pengetahuan.

Pintar Akademik, Catatan untuk Hardiknas 2011

Minggu, 1 Mei 2011, sekitar pukul 21.00 an, di stasiun tv pemerintah, saya tidak sengaja melihat Bapak M Nuh, Mendiknas, menyampaikan pidato. Tidak semua saya dengar, namun ada satu statmen yang menarik berkenaan dengan pendidikan. Istilah itu adalah ‘kepenasaranan intelektual’. Dimana disebutkan bahwa kepenasaranan intelektual tersebut akan melahirkan kreativitas. Saya menebak, bahwa istilah Pak Mendiknas itu bersinonim dengan apa yang sya pahami selama ini dengan istilah inkuiri. Dan jika benar itu yang dimaksudkan, maka pertanyaan saya berikutnya adalah; Apakah kompetensi ini diujikan di Ujian Nasional kita?

Pertanyaan itu penting agar semua yang memegang otoritas pendidikan di negeri ini jangan menuntut sesuatu yang memang tidak diukur dalam Ujian Nasional. Karena jika itu yang disampaikan, saya yakin bahwa tuntutan itu akan tetap menjadi pepesan kosong. Karena pendidikan sekolah kita hanya berujung kepada satu asessmen yang bernama Ujian Nasional. Dan khusus untuk siswa di sekolah menengah atas atau SMA, ia akan menjalani dua (2) kali ujian. Yaitu Ujian Nasional yang diselenggarakan sebagai akhir dari jenjang pendidikan SMA. Dan Ujian untuk masuk perguruan tinggi (negeri), yaitu SMNPTN atau seleksi masuk nasional perguruan tinggi negeri. Dua ujian yang berbeda kepentingannya. Hasil pendidikan kita dengan ending seperti itu, masih terfokus kepada hasil akademik. Oleh karena itulah maka out put dari sekolah kita adalah pintar akademik.

Pintar Akademik

Memaknai Kembali Hardiknas

SETIAP 2 Mei bangsa ini memperingati hari lahirnya Pendidikan Nasional. Ki Hajar Dewantara sebagai peletak dasar roh pendidikan, mengawali perjuangannya melalui Perguruan Taman Siswa yang didirikan pada 1922. Kemudian sejak 1959 diabadikan oleh pemerintah menjadi Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Peringatan setiap tahun ini harus menjadi bahan evaluasi dan koreksi bagi pemerintah dan khususnya insan pendidikan, agar mampu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Jika berbicara kualitas pendidikan, perlu kita evaluasi dan dikaji ulang bersama-sama, terutama bagi semua komponen pendidikan yang secara langsung memberikan kontribusi terhadap jalannya pendidikan. Hal itu dapat dirunut secara vertikal, dari pemerintah sampai tingkat sekolah. Sudahkah pemerintah selama ini memberikan pengayoman bagi kelancaran proses pendidikan? Dan, sudahkah pendidik bekerja secara profesional?

Di tingkat sekolah, guru sebagai komponen utama pendidikan juga perlu mengevaluasi kinerjanya dalam mewujudkan keberhasilan proses pendidikan secara menyeluruh. Tugas dan tanggung jawabnya harus didasarkan atas semangat pengabdian untuk mendedikasikan hidupnya guna mencerdaskan kehidupan bangsa.

Hardiknas, seorang guru suarakan keprihatinan akan dunia pendidikan

Seorang guru, Isna Agustiyana menyuarakan keprihatinannnya tentang dunia kependidikan di Bundaran Gladak Solo, Senin (2/5/2011).

Bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada hari ini, Isna, 49, yang mengajar di SMA N 1 Musuk, Boyolali dan satu orang temannya yakni Purwanto menumpahkan uneg-unegnya.
Dalam orasinya Isna menyoroti program Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) yang dinilai tidak jelas dan cenderung menjadi proyek menguntungkan sejumlah pihak. Isna juga menilai Ujian Nasional (UN) tidak menghargai kemampuan siswa karena menurut pak guru tersebut mestinya penilaian UN menyesuaiakan kemampuan siswa. “Seharusnya penilainnya dengan tiga tingkatan yakni rendah, sedang dan tinggi, selama ini yang diambil yang tinggi saja,” ucapnya.

Minggu, 01 Mei 2011

Indonesia Tak Hanya Butuh Manusia Pintar

Sistem pendidikan kita yang sekarang menganut paradigma pendidikan berbasis kompetensi, dinilai cukup baik dan menghasilkan anak-anak Indonesia yang pintar dan cerdas. Namun ternyata pintar dan cerdas saja tidak cukup.

“Kita juga jangan lupa ternyata kecerdasan dan kepintaran tidaklah cukup untuk membangun bangsa yang besar. Selain pintar kita juga membutuhkan manusia Indonesia yang berkarakter,” ungkap Wakil Presiden Pemuda Dunia, Ahmad Doli Kurnia, di Jakarta, Minggu (1/5), menyikapi peringatan Hardiknas yang jatuh Senin hari ini. Pemuda Dunia merupakan organisasi pemuda internasional yang beranggotakan 120 organisasi nasional kepemudaan dari seluruh dunia.

Doli pun mengatakan, fenomena unik mewarnai dunia pendidikan Indonesia. Di satu sisi banyak sekali prestasi yang ditunjukkan oleh anak-anak Indonesia dalam dunia ilmu pengetahuan.

Mereka acapkali menjuarai berbagai kompetisi dan olimpiade ilmu eksak yang diadakan di seluruh dunia. Begitu juga dengan para ilmuwan asal Indonesia yang studi dan bekerja di luar negeri, juga mendapat tempat terhormat di perguruan tinggi dan pemerintahan negara-negara maju.

Penerapan Pendidikan Karakter Belum Maksimal

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Solo tengah melakukan pemantapan terhadap program pendidikan berkarakter yang mulai dirintis sejak 2010 lalu. Pemantapan tersebut khususnya ditekankan pada tiga sekolah yang ditunjuk sebagai pilot project, yaitu SDN Manahan, SMPN 17 dan SMAN 8.

Ini dilakukan karena saat ini pendidikan karakter dinilai belum diterapkan secara maksimal dalam perbuatan. Sebaliknya, pendidikan karakter hanya dipahami sebatas kekayaan intelektual.

Demikian disampaikan Kepala Bidang Pemuda Disdikpora Solo, Kelik Isnawan saat ditemui wartawan dalam program pemantapan pendidikan karakter Disdikpora di SMKN 7, Jumat (29/4).

Kelik mengatakan, dalam penerapan pendidikan berkarakter di sekolah perlu adanya pemahaman kepada seluruh komponen di sekolah, seperti kepala sekolah, guru dan karyawan untuk membangun komitmen bersama.