Kamis, 21 Januari 2010

Rasa Cinta dalam Pendidikan


Sebagai salah satu bentuk emosi individu, rasa cinta bisa hadir dalam subjek dan objek serta situasi yang beragam. Dalam pendidikan pun sebenarnya terdapat rasa cinta, baik yang dialami oleh guru, siswa, atau orang lainnya yang terlibat dalam pendidikan. Sebagai perwujudan dari sikap profesionalnya, selain dituntut untuk dapat memiliki rasa cinta terhadap pekerjaan yang digelutinya, seorang guru juga penting untuk dapat memiliki rasa cinta terhadap peserta didiknya. Bentuk manifestasi cinta guru terhadap peserta didiknya tentunya berbeda dengan bentuk manifestasi jenis cinta lainnya, seperti cinta erotis, cinta Tuhan, atau cinta orang tua. Walau pun dalam kasus-kasus tertentu didapati tumpang tindih dalam mewujudkan rasa cintanya, dimana kecintaan terhadap peserta didik berubah menjadi cinta erotis, yang tentu saja menjadi sangat berbeda dan bertolak belakang dari makna yang sesungguhnya.

Perasaan cinta guru terhadap seluruh peserta didiknya merupakan hal yang amat penting dan dianggap sebagai alat utama dalam pendidikan. Hal yang menjadi tragis ketika para pendidik senantiasa disibukkan dan dituntut untuk menguasai bahan ajar atau mengembangkan metode dan teknologi pembelajaran tertentu, tetapi mereka justru melupakan pentingnya rasa cinta terhadap peserta didik. Penguasaan bahan ajar dan metode dan teknologi pembelajaran oleh guru memang penting, tetapi jika proses pendidikan harus melupakan aspek cinta sebagai alat utamanya maka pendidikan akan terasa menjadi kering dan kehilangan ruhnya.

Bimbel Jelang UN Konsep Keliru


BANDUNG. Kegiatan atau program pemantapan dan bimbingan belajar (bimbel) yang marak diadakan beberapa bulan menjelang Ujian Nasional (UN) dinilai sebagai konsep yang keliru dan berbahaya jika dilanjut.

"Bimbel dan latihan-latihan di sekolah tiga bulan menjelang UN menggambarkan anak tidak lagi dalam konsep pendidikan, tapi dalam proses belajar untuk ujian dan merupakan gejala yang tidak baik," kata pakar Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Prof Said Hamid Hasan.

Menurut dia, proses pendidikan semacam itu sangat berbahaya jika diteruskan. Jika pemerintah mau melakukan UN, seharusnya tidak ditujukan untuk menentukan kelulusan, tapi mungkin untuk memperbaiki kondisi sekolah.

Menjelang UN yang dimajukan menjadi bulan Maret mendatang, sekolah-sekolah, baik SMP maupun SMA, mengadakan program pemantapan untuk para siswa kelas IX dan XII. Selain itu, para siswa peserta UN beramai-ramai mengikuti bimbel.

Tekanan Said berpendapat, sebenarnya konsep pemantapan dalam pendidikan perlu dilakukan tetapi bukan dalam bentuk seperti yang terjadi sekarang ini. Pemantapan seharusnya diadakan untuk mereka yang nilai ulangannya kurang.

Selasa, 19 Januari 2010

Guru Diminta tak Vonis Anak Pintar dan Bodoh


BANDAR LAMPUNG. Dalam proses belajar-mengajar di sekolah formal, guru kelas dan mata pelajaran seharusnya mencari potensi anak, bukan memvonis anak pintar dan bodoh.

Hal tersebut diungkapkan Guru Besar FKIP Universitas Lampung (Unila), Prof Dr Sudjarwo, dalam seminar pendidikan, Senin (19/10). Menurut dia, seharusnya seorang guru mempunyai kecakapan diagostik dan kompentensi aplikatif.

"Sebagai guru harus bisa menggali potensi atau kemampuan anak didik untuk dikembangkan, bukan memvonis anak ini pintar dan ini bodoh," ujar Sudjarwo.

Selain itu, Sudjarwo mengungkapkan, seorang guru harus memiliki otonomi untuk mengatur anak didiknya. Selanjutnya, sama seperti organisasi profesi lainnya, guru harus memiliki kode etik. Kode etik yang dikeluarkan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) harus dipatuhi bagi yang tergabung dalam organisasi tersebut. ''Pendidik atau guru harus mempunyai ciri dan prinsip profesionalitas, di antaranya harus ada keahlian khusus,'' jelasnya.

Senin, 18 Januari 2010

Ujian Nasional: Kegagalan Siswa adalah Kegagalan Guru, Kenapa Keberhasilannya Tidak?


Kegagalan sebenarnya hal yang biasa saja, karena setiap orang bisa mengalami, dan kadar menyakitkannya tergantung dari sudut mana dirasakan. Sebagian orang bahkan mengatakan, kegagalan itu tidak ada, yang ada hanyalah hasil, dan umpan balik. Keduanya bermanfaat asal tahu cara menemukan hikmahnya. Tetapi kebanyakan orang merasakan kegagalan sebagai aib.

Contohnya dalam dunia pendidikan, pernah ketika banyak anak didik tidak lulus di beberapa sekolah negeri, tidak disangka-sangka ada wakil rakyat dan petinggi dinas pendidikan yang langsung menudingkan telunjuknya ke arah biang kegagalan itu. Ini karena guru-gurunya pemalas, hardik mereka.

Sebaliknya, meskipun pada ujian nasional itu juga banyak keberhasilan dicapai para anak didik, meraih prestasi puncak di berbagai mata pelajaran dengan nilai sempurna, yaitu sepuluh, hampir tidak terdengar sekelumit pun pujian ditujukan kepada para guru mereka. Malahan mereka menuduh itu hasil kecurangan guru-gurunya.

Sehingga, walaupun kinerja para guru itu dibuat sebagus apapun sampai berdampak nyata membawa keberhasilan anak-anak didik, tetap saja giliran merayakan keberhasilan, belum banyak kepedulian diberikan kepada mereka yang ada di balik keberhasilan anak-anak didik itu.

Sistemiknya UN


Dampak nyata diberlakukannya UN sebenarnya justru pada pelaksanaan kurikulum yaitu pembelajaran di sekolah. Pembelajaran tidak lagi sebagai tuntutan kurikulum tetapi lebih mengarah pada tuntutan tercapainya nilai UN. Ini berarti pengingkaran terhadap kurikulum yang merupakan esensi dari pelaksanaan pendidikan.

Pembelajaran kontekstual (CTL, Contekstual Teaching and Learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang paling disarankan dan sesuai dengan kurikulum yang kini berlaku yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (yang kemudian di-KTSP-kan). Dalam pembelajaran kontekstual terkandung pembelajaran yang berbasis life skill (general life skill). Selain itu pembelajaran ini juga mengisyaratkan bahwa pembelajaran harus ada keterkaitan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Banyak referensi berupa istilah (akronim) yang mengacu pada pembelajaran yang berbasis CTL. Yang sekarang ini lagi populer adalah istilah Paikem Gembrot (saya tidak mengerti mengapa istilah semacam ini dipakai oleh para pengembang). Paikem disini-kalau tidak salah-akronim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kretif, Menarik. Yang pasti istilah ini dimaksudkan mengacu pada pembelajaran kontekstual.

Pembelajaran kontekstual lebih mementingkan proses daripada hasil. Ini sesuai dengan landasan berpikir konstruktivisme yang merupakan dasar filosofis pembelajaran kontekstual. Dalam pandangan konstruktivisme strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan (Depdiknas, 2003).

Rabu, 13 Januari 2010

Hakikat Pembelajaran Kontekstual


Cara untuk mencapai kompetensi sebagaimana yang disuratkan dalam uraian Kurikulum dan Hasil Belajar pada dokumen KBK sebaiknya direncanakan, dipilih, serta dipersiapkan baik-baik agar kegiatan bermakna, bermanfaat, dan menarik bagi siswa. Berbagai variasi teknik mengajar dan belajar dipilih dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi, serta kebutuhan pembelajar.
Bahan-bahan dan variasi teknik belajar/mengajar tersebut seharusnya bermanfaat bagi siswa dan bermakna dalam arti dapat menambah pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan awal siswa (prior knowledge) melalui pengalaman-pengalaman belajar mereka (constructivism). Hal yang perlu diperhatikan adalah guru dapat membawa siswa ke dalam situasi belajar yang dapat menghubungkan apa saja yang diperoleh di sekolah/kelas dengan apa yang ada di kehidupan nyata mereka. Dengan demikian, siswa akan merasakan dan menyadari manfaat belajar dengan pergi ke sekolah sebab mereka dapat membuktikan sendiri dan menemukan jawaban dalam menghadapi kehidupan di luar kelas yang penuh dengan masalah. Mereka dapat saling membantu dan berbagi pengalaman dalam kelompok masyarakat belajar (learning community), sehingga timbul keingintahuan (inquiry) dengan tidak melupakan untuk melakukan refleksi diri.

Senin, 04 Januari 2010

Menteri Pendidikan RI dalam Mimpiku!


Aku bermimpi tentang seorang menteri, menteri pendidikan Republik Indonesia. Dia barusan menduduki jabatannya. Dia adalah orang muda yang idealis. Harapannya adalah memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk mengenyam pendidikan sebaik-baiknya. Siapa saja, kaya miskin tidak pandang bulu. Semua berhak mendapat pendidikan yang berkualitas.
Dia juga ingin meletakkan dasar yang kokoh dalam pendidikan di sekolah-sekolah dasar. Dia percaya anak-anak adalah masa depan dan masa depan itu mesti dibangun sejak dini, salah satunya lewat sekolah. Dia percaya hanya lewat pendidikan yang baik, bangsa ini akhirnya akan bisa bangkit dari keterpurukannya dan mengejar ketinggalannya dan akhirnya duduk sejajar dengan negara-negara lain. Jika pendidikan di negeri ini sudah begitu baiknya, tidak perlu lagi orang kaya negeri ini menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri!

Dalam melakukan tugasnya, kadang dia suka –incognito- menyamar, jadi orang biasa dan pergi ke tengah-tengah masyarakat. Suatu hari dia datang ke sebuah sekolah yang terpencil di salah satu pelosok desa di Lumajang, pura-pura jualan es lilin. Tidak jauh dari Surabaya, tapi bedanya masih seperti bumi dan langit. Dia ingin melihat dari dekat situasi sekolah inpres yang berdiri di situ sejak dua tahun lalu. Dia mengamati, bertanya dan mencatat semuanya dalam benaknya. Lain hari dia datang pura-pura jadi orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Dia ingin lebih mengenal guru-guru di sekolah itu dari dekat dan ingin tahu apa saja yang meresahkan mereka. Di hari lainnya dia datang lagi, kali ini sebagai seorang menteri yang ingin berdiskusi dengan staf pengajar di sana tentang upaya penyelesaian masalah-masalah yang selama ini membebani sekolah tersebut.

TRY OUT UN DAN UASBN

Buat adik-adik kelas VI SD dan IX SMP yang ingin sukses dalam menghadapi UN/UASBN, bergabunglah segera dalam TRY OUT UN/UASBN Bimbingan Belajar dan Komputer (BBK) "STUDY INTENSIVE PLUS".
Baca informasi sejelasnya di sini (klik gambar di bawah ini)...!!!


Brosur Try Out ~ UN 2010 untuk Adik-adik Kelas IX SMP





Brosur Try Out UASBN 2010 untuk Adik-adik Kelas VI SD