Selasa, 28 September 2010

Kenapa Pornografi Merusak Anak dan Remaja?

Jakarta. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di satu sisi telah membawa dampak positif pada perkembangan kehidupan masyarakat. Namun, di sisi lain juga membawa efek negatif pada perkembangan anak, terutama pornografi.

Banyak orang yang belum menyadari bahwa anak dan remaja di Indonesia telah terpapar pornografi dalam jumlah yang tidak bisa dibayangkan dan berpotensi menimbulkan kerusakan otak yang melebihi efek narkoba.

Mengapa pornografi sangat rentan bagi anak dan remaja?


"Pornografi dapat memberi dampak langsung pada perkembangan otak anak dan remaja, yang bisa menyebabkan kerusakan otak permanen bila tidak segera diatasi," ujar Dr Mark B. Kastlemaan, pakar adiksi pornografi dari USA, dalam acara 'Seminar Eksekutif Penanggulangan Adiksi Pornografi' di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Senin (27/9/2010).

Internet Dapat Mencegah Pikun

Ini adalah berita gembira bagi para netters dan bloggers pada umumnya sekaligus bagi para lanjut usia (lansia) khususnya.

Karena dengan mengakses internet, kita tidak hanya dapat mengetahui informasi tetapi dengan surfing di dunia maya ini, dapat membantu untuk memperbaiki dan melatih fungsi otak.
Dan ini, khususnya bagi lansia, dapat mencegah pikun (dementia) yang seringkali mengancam orang lanjut usia, karena dengan mengakses internet berarti kita sudah melakukan atau melibatkan otak dalam sebuah aktivitas yang cukup rumit sehingga fungsi otak tetap dapat dipertahankan.

Dengan surfing di internet, ibaratnya kita seperti membaca sebuah buku, sehingga bagian otak yang berfungsi untuk pengendalian bahasa, pengendalian daya ingat dan daya visual akan ikut bekerja, bahkan menambahkan aktivitas tambahan bagi otak yaitu untuk pengendalian keputusan dan pertimbangan.

Ironi Sarjana Pengangguran

Setiap tanggal 29 September berlangsung peringatan Hari Sarjana Indonesia. Momentum ini tak hanya menjadi rutinitas yang berlangsung tiap tahun, tapi paling tidak dapat menjadi bahan refleksi bersama ihwal peran gelar kesarjanaan dalam realitas kehidupan sosial.

Sarjana bukanlah hanya sekadar gelar. Itu adalah simbol bagi tiap orang yang telah menjalani ijtihad ilmiah di salah satu universitas. Orang yang mendapat gelar sarjana berarti telah menjalani proses ilmiah yang melibatkan pengajaran, penelitian dan pengabdian. Tri Dharma Perguruan Tinggi itulah yang semestinya menjadi amalan semua orang sebelum mendapatkan gelar kesarjanaannya.

Apabila semua universitas berjalan dengan mengacu pada dharma itu, banyak temuan-temuan keilmuan baru yang akan dihasilkan. Penelitian akan memberikan input informasi baru untuk universitas agar dipelajari, diteliti, dikaji dan dijadikan sebagai bahan kajian bersama mahasiswa. Perolehan dari semua penelitian dan pengajaran itulah nantinya akan memberikan solusi dan pengembangan baru bagi realitas sosial kemasyarakatan dan proses kemajuan pembangunan. Itulah spirit pengabdian dari universitas.

Senin, 27 September 2010

Anak Berbakat Belum Tentu Sukses, Kok Bisa?

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON. Anak-anak dengan bakat luar biasa ternyata sama besar kemungkinannya untuk gagal maupun sukses pada masa dewasa. Dalam salah satu penelitian ter luas yang pernah diadakan, ditemukan bahwa dari 210 anak berbakat, hanya tiga persen yang akhirnya "jadi orang".

Professor Joan Freeman mengatakan dari 210 anak-anak yang dia teliti, hanya setengah lusin yang bisa dikatakan meraih 'kesuksesan konvensional'. "Pada usia enam atau tujuh tahun anak berbakat memiliki potensi yang mencengangkan, tetapi banyak dari mereka terjebak dalam situasi potensi yang terpasung," kata Freeman seperti yang dikutip Daily Mail, Senin.

Professor Freeman melacak anak-anak yang berbakat di bidang matematika, seni, dan musik sejak tahun 1974 hingga sekarang. Kebanyakan dari mereka tidak sukses pada masa dewasa karena perlakuan yang mereka alami dan dalam beberapa kasus direngut dari masa kanak-kanak.

Selasa, 21 September 2010

Pendidikan Gatot (Gagal Total) di Negeri Ini

Memang, pendidikan itu orientasinya bukalah pekerjaan atau memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti makan dan minum, rumah dan kendaraan. Tujuan pendidikan ialah menjadikan manusia ber-moral, sekaligus mampu mampu ber-interaksi dengan lingkungan sekiitarnya dengan sebaik-baiknya. Tetapi, realitasnya, orang masuk lembaga pendidikan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Terbukti dilapangan, lembaga pendidikan tingkat SMU adalah SMK. Bahkan iklan-iklan sangat gencar di TV, agar supaya proyek SMK berjalan dengan baik dan banyak diminati. Di tingkat Universita, ternyata jurusan yang paling banyak diminati ialah kedokteran, Informasi Tehnologi (AITI), dan Ekonomi. Sedangkan, jurusan pertanian, peternakan, bahasa, agama, jauh lebih kecil peminatnya. Setelah diadakan penelitiaan sederhana, ternyata motif tujuan pendidikan sekarang adalah pekerjaan.

Tetapi, realitasnya berbeda. Semakin tahun jumlah pengganguran semakin meningkat tajam. Setiap penerimaan PNS, jumlah yang daftar tidak seimbang dengan jumlah kuota yang tersedia. Sehingga berdesak-desakan hingga ada yang terjatuh dan terinjak-injak. Ini sangat memprihatinkan, sebab tujuan pendidikan yang sekarang ini sedang berjalan masih Profit Oriented.

10 Delegasi Jateng Lolos IndonesiaMUN 2010

Dari 165 delegasi terpilih Konferensi Indonesia Model United Nations (IndonesiaMUN) 2010 terpilih 10 mahasiswa berasal dari berbagai universitas, seperti Universitas Jenderal Soedirmano (2), Universitas Diponegoro (3), Universitas Negeri Semarang (2), Universitas Sebelas Maret Surakarta (1), Universitas Islam Sultan Agung Semarang (1), dan Akademi Kepolisian Semarang (1).

Sepuluh delegasi mahasiswa berasal dari Jateng menjadi peserta dalam acara yang berlangsung di Universitas Indonesia (UI) Depok, 23-27 Oktober 2010.

Peserta terpilih dari esai yang dikirimkan ke Sekjen PBB Ban Ki-Moon dengan tema “How Could UN Contribute to Promote the Peaceful Use of Nuclear”. Hampir 1.000 pendaftar yang masuk, tetapi yang terpilih hanya 165 orang. Konferensi IndonesiaMUN merupakan simulasi konferensi PBB tingkat universitas yang pertama diselenggarakan di Indonesia.

Tips Agar Anak Berani Berpendapat

Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan oleh orang tua, agar putra-putrinya berani untuk berpendapat, yaitu:

1. Memberikan perhatian serius dan kontak mata ketika anak menyampaikan pendapat atau perasaannya.

2. Mendengarkan dengan sabar tentang apa yang coba diutarakannya. Kemampuan anak dalam memilih kosa kata lebih lambat daripada orang dewasa.

3. Mendengarkan tanpa memotong pembicaraan. Jangan menyela sebelum ia selesai berbicara. Sulit memang untuk menyimak dan menangkap isi pembicaraannya, tapi hargai hak mereka untuk berbicara dan memberi pendapat.

Sukoharjo Belum Punya RSBI

SUKOHARJO. Meski menjadi salah satu sekolah favorit di Sukoharjo, SMAN 1 ternyata belum menyandang status Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI). Kondisi tersebut berkebalikan dengan sekolah yang secara fasilitas belum memadai, tapi sudah menyandang Sekolah Standar Nasional (SSN).

Kondisi tersebut sangat memprihatinkan, karena dari sekian sekolah di seluruh Surakarta, hanya Sukoharjo yang sampai kini belum memiliki sekolah RSBI. Demikian dikatakan Kepala SMAN 1 Sukoharjo, Sri Lastari dalam reuni di SMAN 1 Sukoharjo , Senin (13/9).

Terlebih, menurut Sri, pengajuan izin ke Direktorat Pembinaan SMA di Kementerian Pendidikan juga belum turun. Karena itu kami berharap semua pihak termasuk alumni bisa mendukung pencapaian sekolah RSBI di Sukoharjo. “Jika semua itu terjadi setidaknya akan membuat warga Sukoharjo berbangga,” ujarnya.

Kurikulum antikorupsi segera diterapkan

Jakarta. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) segera memasukkan kurikulum antikorupsi sebagai mata pelajaran di sekolah. akan tetapi, itu tidak berupa mata pelajaran khusus. Dalam waktu dekat, akan dibahas modul dan topik bahasannya.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto, mengusulkan agar modul antikorupsi diintegrasikan dengan mata pelajaran yang sudah ada mulai awal 2011 mendatang.

“Jumlah mata pelajaran sudah terlalu banyak,” ujar Taufik, Selasa (21/9). “Kurikulum anti korupsi bisa dijadikan topik khusus dari beberapa mata pelajaran terkait, misalnya mata pelajaran agama, matematika, sejarah, PPKN, dan lain sebagainya.”

Puncak peringatan Hari Sumpah Pemuda digelar di Solo

Solo (Espos). Puncak peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2010, akan digelar di Stadion R Maladi, Solo. Rencananya acara ini akan dihadiri Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Rakhmat Sutomo, saat memberikan sambutan kegiatan halalbihalal Perguruan Muhammadiyah Solo di SMP Muhammadiyah 1 Solo, Sabtu (18/9).

Dihubungi secara terpisah, Minggu (19/9), Kepala Bidang Pemuda Disdikpora Solo, Kelik Isnawan, menjelaskan kegiatan ini akan melibatkan unsur pemuda, sekolah, purna Paskibraka, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan putra-putri Solo.

Selasa, 07 September 2010

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431 H

Bryan Adams said “Please Forgive Me...”
Rio Febrian said “Ooo... Maaf, maafkan diriku...”
Ruben Studdard said “Well this is my sorry for 2010..”
Yuni Shara said “Mengapa tiada maaf bagiku...”
Elton John said “Sorry seems to be the hardest word...”
Mpok Minah said “Maaf... bukannya saya ngak ngerti... bukannya saya nggak sopan...”
I said “Minal Aidin wal faizin...”


Segenap Keluarga Besar BBK-SIP
Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo
Mengucapkan :

"SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431 H
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN"

Senin, 06 September 2010

Materi Antikorupsi Mulai Diajarkan Tahun Depan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA. Kementerian Pendidikan Nasional bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang menggodok kurikulum pendidikan karakter antikorupsi. Kurikulum ini diharapkan dapat diterapkan mulai tahun ajaran 2011 mendatang.
"Kami sudah sepakat untuk membentuk tim kecil pembuat kurikulum. Mereka juga bertugas mengembangkan metodologinya, evaluasinya dan model-model yang bisa kita kembangkan untuk pendidikan antikorupsi," kata Menteri Pendidikan Nasional M Nuh seusai bertemu dengan Wakil Ketua KPK Bidang Pencegahan Haryono Umar, Senin (6/9). Nuh juga menjelaskan bahwa pendidikan karakter antikorupsi ini akan diterapkan pada pendidikan prasekolah hingga perguruan tinggi.

Kemendiknas juga akan memikirkan cara agar masyarakat bisa terlibat dalam mengembangkan pendidikan antikorupsi ini. "Jadi, pendidikan antikorupsi tidak harus dalam bentuk mata pelajaran, dituangkan apa itu korupsi, tetapi yang paling penting adalah kultur sekolah, di sekolah itu sudah terbangun budaya antikorupsi," kata Nuh.

Guru Profesional Sebatas Angan

Ada pertanyaan jenaka namun dapat menjadi bahan renungan, yakni kapan seorang guru dengan predikat profesional (karena sudah memiliki sertifikat dan lulus program sertifikasi), merasa dirinya sebagai guru profesional? Jawabannya adalah saat mereka mengumpulkan rekening bank karena uang tunjangan sertifikasi akan segera cair. Di luar itu semua, mereka bukanlah guru yang profesional sebagaimana tercermin dalam keseharian mereka.

Mengapa banyak pihak selalu bertanya dan menggugat tentang predikat guru profesional? Bukan sebab banyaknya uang yang dikeluarkan oleh negara terkait tunjangan profesi untuk mereka, namun adalah sampai seberapa besar kontribusi mereka terhadap dunia pendidikan? Jawabannya adalah sebagai sebuah produk atau komoditas, guru profesional akan terus menjadi sorotan antara yang dipromosikan dengan kualitas yang sebenarnya.

Guru profesional tidak bebas nilai dan tafsir. Tidak bebas nilai artinya akan ada penilaian dari masyarakat sebagai sebuah patokan pembanding antara yang satu dengan yang lain dengan skala tertentu. Ia juga tidak bebas dari tafsir dan akan menjadi multitafsir, sebab masyarakat dapat memberi aneka tafsir terhadap mereka terkait keprofesionalan seorang guru.