Selasa, 10 Mei 2011

Nak, Kamu Sekolah untuk jadi Apa?

Kisah 1

Ayah : "Nak, kamu sekolah untuk jadi apa?"
Anak : "Mau jadi seperti Ayah"

Kisah 2

Ayah : "Nak, kamu sekolah untuk jadi apa?"
Anak : "Terserah, mau jadi apa emang saya pikirin"

Kisah 3

Ayah : "Nak, kamu sekolah untuk jadi apa?"
Anak : "Justru saya mau nanya, untuk apa Ayah sekolahkan saya!"



Itulah 3 buah kisah dengan tema yang sama tetapi ending yang berbeda, kisah seorang ayah yang mendidik anaknya dan membekalinya dengan ilmu. Dari ketiga kisah tersebut kita bisa mengambil beberapa hal penting sebagai pelajaran dalam memahat masa depan anak.

Pada kisah pertama, seorang anak dididik untuk terus mengagumi ayahnya sehingga keinginan dan cita - citanya adalah ingin menjadi seperti ayahnya. Ini sangat bagus karena si anak akan sangat respect kepada setiap titah si ayah. Dia akan sangat senang mengerjakan segala keinginan ayah walaupun terkadang bertentangan dengan keinginannya. Pada sisi ini si anak menjadi penurut dan terkadang lebih pasif. Kekurangannya adalah jika si Ayah gagal dalam kehidupannya, misalnya bangkrut dalam usahanya, dipecat perusahaan, broken home maka mental si anak juga akan jatuh seiring jatuhnya kehidupan panutannya, Ayah.

Kisah kedua, si anak lebih diberi kebebesan dalam berpikir dan menentukan masa depan. Si anak tidak dibebankan menggapai sesuatu hal yang masih ghaib atau tak jelas. Tetapi dia hanya diharapkan belajar dan terus belajar dan menyakini bahwa kesuksesan itu akan datang pada orang yang gigih dan tekun. Berhasil itu tak harus seperti ayahnya karena Anak ataupun Ayah adalah individu yang terpisah. Disini anak tidak dituntut untuk menjadi yang nomor satu selalu tetapi si anak hanya dituntut menjadi yang terpandai. Tetapi terkadang si Ayah merasa kalau anaknya telah melenceng karena keinginannya tidak bisa diakomodir pada anaknya sehingga akan sering terjadi cekcok antara mereka.

Pada kisah ketiga, hubungan antara ayah dan anak betul - betul menjadi hubungan sosial yang utuh, penuh diskusi dan tanpa memaksakan kehendak masing - masing. Disini yang dicari adalah keinginan bersama setelah mengetahui keinginan masing - masing. Memang sih kelihatannya anaknya seperti bandel karena membantah orang tua tetapi ayah juga harus bisa menerima pendapat anak.

Sumber: Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar