Pendidikan yang seharusnya mampu menjadi sumber pencerahan dan pemecah masalah kini justru menjelma menjadi masalah dalam kehidupan. Bagaimana tidak?, pendidikan yang awalnya mulia dengan bertumpu pada filosofi bahwa pendidikan adalah untuk “me-manusiakan manusia” telah direduksi total maknanya hingga hanya menjadi sekedar pengajaran atau pelatihan semata. Hal ini kemudian memunculkan masalah yang sangat kompleks sebab output dari pendidikan yang seyogyanya menciptakan manusia ”beradab”, faktanya justru menghasilkan manusia-manusia ”biadab” dengan fungsi rasionalitas yang dianggap wajar pada struktur sosial masyarakat.
Dalam hal ini kita harus jeli dalam membedakan antara pendidikan dan pengajaran sebab jelas kedua hal tersebut sangat berbeda. Hal ini kemudian tercermin pada sekolah dan universitas-universitas di negeri ini yang menurut saya hanya mampu menciptakan sistem pengajaran yang baik. Namun belum mencapai ranah pendidikan dalam arti yang sebenarnya. Terlalu banyak guru dan dosen yang bukan pendidik, hanya sebatas pengajar yang terkadang arogan dalam berkreasi hingga terkadang seolah berkuasa terhadap ilmu pengetahuan.
Lebih jauh berbicara tentang pendidikan, pada aras penyelenggara negara. Pendidikan telah dijadikan komoditi paling komersil yang diperjual-belikan untuk kepentingan segelintir manusia. Apa jadinya pendidikan jika ”kebijakan” tentang pendidikan diserahkan kepada ”manusia serigala” yang suka menumpuk uang seperti paman Gober. Hingga tidak jarang para penguasa berselingkuh dengan pemodal-pemodal yang tamak kemudian menciptakan sistem pendidikan instan dan praktis dengan menjanjikan cetak biru masa depan yang indah padahal palsu. Hal ini tanpa disadari telah menjadi suatu ”kewajaran” dengan membiarkan kreativitas-kreativitas anak bangsa ”dikebiri”, memperkosa pemikiran-pemikiran kritis dari kaum pembelajar dengan memberikan sistem pengajaran yang satu arah dan monoton dari pangajar-pengajar bersertifikat abal-abal.
Andai dapat bertemu dengan ”Bapak Pendidikan” saya ingin bertanya tentang cita-cita mulianya terhadap pendidikan di Indonesia. Benarkan seperti ini yang beliau harapkan, ataukah saya terpaksa memberikan saputangan saya agar beliau dapat menyeka air matanya yang mengalir deras setelah melihat realita ini?
Selamat hari Pendidikan. Semoga pendidikan tidak hanya diperingati.
Oleh: Rezza Lazuardi Pratama, aktivis mahasiswa, pengusaha muda, dan ketua himpunan mahasiswa peminat ilmu komunikasi dan pengembangan masyarakat IPB
Sumber: Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar