Saya punya seorang sahabat, namanya Zulhiswan, biasa dipanggil Pak Zul. Beliau guru matematika. Saya sering menganggap beliau sebagai guru, karena petuah-petuahnya dan karena perbedaan umur kita yang cukup jauh.
Saat ini beliau sudah berkepala lima, jadi sudah lama menjadi guru. Akan tetapi, beliau tidak berpangkat alias bekerja sebagai guru tidak tetap. Dulu, di saat guru lain diangkat menjadi PNS, beliau menjadi guru honorer. Sekarang di saat guru lain mampu mengendarai mobil dan membeli rumah real estate, beliau masih menunggang motor Honda tuanya dan tinggal di perumnas. Beliau guru yang sangat sederhana.
Beliau bekerja dengan penuh dedikasi untuk murid. Beliau tidak sibuk mengejar kompetensi pribadi, tetapi sibuk mengejar kompetensi murid. Beliau tidak sibuk mengejar prestasi pribadi, tetapi sibuk mengejar prestasi murid. Beliau tidak memanfaatkan karya muridnya untuk kepentingan pribadi, tetapi memanfaatkan karya pribadinya untuk kepentingan muridnya.
Alhamdulillah. Banyak muridnya selama bertahun-tahun mendapatkan nilai 100 atau sempurna dalam ujian nasional pelajaran matematika yang dijamin 1000% murni tanpa pemberian contekan dan tanpa joki, hanya dedikasi ikhlas beramal yang beliau miliki. Alhamdulillah juga banyak muridnya diterima di perguruan tinggi negeri favorit di negeri ini. Alhamdulillah, walaupun sampai saat ini beliau tidak dikaruniai anak, tetapi beliau punya anak murid dan alumni yang selalu mendoakan dan siap membantu, baik moril maupun materil.
Akan tetapi, saat ini beliau sedang sakit. Beliau pernah dioperasi tumor otak dan sekarang masih menjalani pengobatan.
Pak Zul, maafkan saya jarang sekali menjenguk, tetapi dari hati yang paling dalam saya rindu Pak Zul. Saya rindu canda dan humor segar Pak Zul. Saya rindu kata-kata perjuangan Pak Zul. Saya rindu petuah-petuah tiada akhir Pak Zul. Saya rindu semangat Pak Zul memperjuangkan yang lemah.
Sekali lagi maafkan kami. Walaupun kami jarang menjenguk, kami di sini selalu mendoakan Pak Zul, sehat dan dapat berkumpul bersama lagi. Dapat berjuang bersama, berdiskusi, dan menentukan arah perjuangan kita. Perjuangan dalam mendidik putra bangsa dan nasib kita. Semoga perjuangan tiada akhirmu selalu menginspirasi kami.
Laut yang tenang tidak akan melahirkan pelaut yang tangguh (Zulhiswan)
Semoga cepat sembuh.
Kami yang merindukanmu.
Sumber: Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar