Rabu, 28 Januari 2009
Ujian Nasional 2009, Siapkan Siswa dari Sekarang
KEBIJAKAN pemerintah melaksanakan ujian nasional (UN) 2008 sebetulnya menuai protes dari berbagai pihak. Apalagi dengan menambah porsi mata pelajaran yang diujikan untuk tingkat SLTP dan SLTA serta melaksanakan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional untuk tingkat SD. Namun de-ngan alasan untuk mendapatkan standar pendidikan nasional, UN tetap dilaksanakan.
Karena ada penambahan beban mata uji dan beban nilai baik untuk siswa SMP, SMA maupun ujian untuk tingkat SD Berstandar Nasional, maka UN 2009 harus dipersiapkan sejak dini. Tentu saja, beban dan tanggung jawab siswa, orang tua, guru serta sekolah semakin berat.
Kalau sebelumnya, setiap menghadapi UN, para orang tua sudah disibukkan menambah les privat atau bimbingan belajar yang menjanjikan jaminan lulus, kini jauh lebih berat. Tentunya segala cara ditempuh agar putra-putrinya bisa lulus. Kata “lulus” menjadi target yang didambakan dan dibanggakan baik oleh siswa, orang tua maupun sekolah. Dalam kondisi seperti ini, wajar bila ada yang berani menjanjikan, bila tidak lulus uang kembali atau janji-janji lainnya.
Namun kegelisahan awal ini pada dasarnya bisa disiasati dengan berbagai pola. Pertama mulai dari diri siswa itu sendiri. Kemudian orang tua dan pihak sekolah yang berperan menghantarkan siswa ke jenjang keberhasilan.
Persoalannya, kondisi siswa saat ini, masih kurang menyadari pentingnya membaca, malas belajar, kurang bisa membagi waktu, dan masih banyak yang berkonsentrasi untuk kegiatan lain yang tidak mendukung ke arah berhasilnya UN yang akan datang. Padahal untuk lulus UN, siswa perlu dikondisikan sejak dini agar belajar efektif, memperbanyak waktu membaca, dan belajar tidak hanya sore hari, tetapi juga setiap ada kesempatan.
Kedua diperlukan peran serta orang tua untuk selalu memantau langkah-langkah belajar putra-putrinya. Apakah sudah benar-benar belajar dengan baik dan efektif atau belum. Sempatkan mendampinginya untuk memberikan motivasi. Apabila akan diarahkan ke kegi-atan les, pilihlah guru yang tidak hanya bisa mentransfer ilmunya, tetapi yang bisa memberikan motivasi serta bimbingan belajar yang berkualitas.
Sedangkan pihak sekolah, sudah harus mempersiapkan strategi awal untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan lulus UN. Langkah pertama yang perlu dilakukan, sekolah memberikan jam pelajaran tambahan pagi maupun siang. Tentunya, harus melibatkan guru mata pelajaran yang diujikan. Dengan memberikan mata pelajaran tambahan, hal ini akan mengurangi kesibukan maupun tugas rutin yang dikerjakan di rumah.
Memang dengan memberikan pelajaran tambahan, tidak menutup mata, guru akan mendapat tambahan honor. Namun pertanyaannya, apakah sesuai honor yang didapat dengan pengorbanan yang diberikan ? Tetapi perlu dicermati bahwa honor bukan menjadi satu-satunya tujuan, melainkan perasaan rela berkorban yang didasarkan tuntutan profesi dan keinginan yang besar untuk dapat meluluskan siswanya dalam UN tersebut.
Lalu jurus kedua dengan memberikan “Klinik Mata Pelajaran Ujian Nasional” kepada siswa-nya. Langkah ini bisa dilaksanakan di sela-sela jam pelajaran biasa atau jam istirahat atau setelah jam pelajaran berakhir. Jika tidak ada jam pelajaran tambahan siang hari, bisa juga dilaksanakan sore hari. Melihat jurus kedua ini, tentunya tidak ada waktu yang disia-siakan oleh siswa maupun guru.
Kemudian jurus ketiga yang ditempuh sekolah dalam menghadapi momok UN adalah sebagaimana kita de-ngar, yaitu memberikan try out sesering mungkin. Baik yang dilaksanakan secara intern sekolah, dari Dinas Pendidikan dalam hal ini melalui MGMP dan MKKS maupun memalui kerja sama dengan bimbingan belajar tertentu yang dianggap berkualitas. Hal ini, dengan tidak mengabaikan langkah-langkah drilling oleh guru di kelas. Inipun masih ditambah try out ke sekolah tertentu yang menyelenggarakan kegiatan serupa. Tentu saja hal ini selain membutuhkan kesiapan mental juga menambah pengeluaran orang tua, guna mencukupi biaya les, foto copy, uang saku tambahan dll.
Yang lebih hebat lagi, ada sekolah yang menggunakan mi-nggu-minggu tertentu menjelang ujian untuk “pelajaran khusus” mata pelajaran “UN”. Ini sebagai jurus keempat yang diisi dengan pengayaan materi pelajaran maupun latihan soal-soal ujian. Kembali lagi, guru mata pelajaran yang diujikan tetap disibukkan persiapan UN.
Kendati begitu, jurus-jurus itu baru secara lahiriah, belum batiniahnya. Secara batiniyah, berupa doa menjadi sangat penting. Misalnya doa bersama, setiap pagi hari menjelang ujian. Ada juga yang dilaksanakan malam hari dengan mendatangkan orang tua siswa, kiai atau tokoh ESQ untuk memberikan semangat dan kekuatan batin dalam menghadapi UN tersebut.
Langkah-langkah ini akan memberikan harapan untuk mengurangi kegelisahan yang sering terjadi menjelang UN. Tentunya, semua pihak memiliki peran yang tidak kecil.
Namun harapan siswa untuk bisa lulus, berpulang dari siswanya juga. Karena itu, seorang siswa harus mampu menyadari keberadaannya yang harus senantiasa belajar. Kemudian orang tua mendampinginya dan bersama-sama mencari jalan terbaik bagi keberhasilan anaknya.
Untuk mengatasi kegelisahan ini, mari kita melakukan persiapan sejak dini. Tidak perlu menunggu hingga dekatnya waktu UN. Semoga dengan persiapan awal, akan lebih matang dan UN tidak lagi menjadi momok. (*/ida)
Oleh:
Basuki Gunarto S.Pd
Guru SMPN 30 Semarang
Jalan Amarta 21 Semarang
Peserta Semiloka Untukmu Guruku
Sumber: www.radarsemarang.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Jakarta. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di satu sisi telah membawa dampak positif pada perkembangan kehidupan masyarakat. ...
-
Dalam sebuah wawancara di sebuah stasiun televisi swasta nasional, Sabtu (18/6), Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh ...
-
Meski kedua kakinya buntung dan kedua telapak tangannya tak sempurna, namun Dewi Sudarmi (6), siswi klas 1 SDN Kertagenah Laok 3 itu bercita...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar