Minggu, 29 November 2009

Memahami Perbedaan Gaya Belajar Anak


Setiap anak itu unik. Tidak semua anak memproses suatu informasi dengan cara yang sama. Sebagai pendidik, pelatih dan orang tua kita harus mengetahui bagaimana perbedaan gaya berfikir mereka yang kemudian diterjemahkan ke dalam gaya belajar yang berbeda.
Adakalanya pendidik, pelatih maupun orang tua memaksakan kehendak untuk mengikuti gaya belajar mereka. Biasanya gaya berfikir diri sendiri akan mendominasi pendekatan yang digunakan saat mengajar. Sebagai pengajar, pelatih dan pendidik kita cenderung mengajar dengan cara yang sama seperti cara belajar yang kita sukai sendiri. Padahal dibalik gaya belajar individual anak ada satu manfaat yang besar dari balik kekuatan gaya belajar yang berbeda.

Umumnya para guru, pelatih dan orang tua diseluruh dunia masih mengalah pada kepercayaan-kepercayaan lama yang keliru mengenai belajar dan mengajar berikut ini:

1. Cara belajar yang terbaik untuk siswa adalah dengan duduk tegak di depan meja.

Penelitian telah membuktikan bahwa banyak manusia menghasilkan kinerja yang lebih baik di lingkungan informal. Ketika seorang duduk di kursi yang keras, kira-kira 75 % persen berat badannya ditopang oleh tulang yang hanya sepuluhsentimeter persegi. Akibat tekanan tersebut pada jaringan pantat sering menyebabkan kelelahan, perasaan tidak nyaman dan kebutuhan sering mengubah-ngubah tempat duduk.Maka banyak sekolah modern di dunia yang juga menyediakan karpet dan lantai kelas mereka untuk tempat pembelajaran agar anak tidak jenuh dan penat untuk selalu duduk belajar dengan formal.

2. Cara belajar yang terbaik untuk siswa adalah dalam ruangan dengan pencahayaan yang terang karena pencahayaan yang redup akan merusak mata mereka ketika membaca dan bekerja.

Penelitian membuktikan bahwa siswa menghasilkan kinerja yang lebih baikdalam ruangan berpencahayaan redup sedangkan pencahayaan yang terang membuat mereka gelisah, cemas dan mendorong anak menjadi hiperaktif. Pencahayaan redup memberikan ketenangan kepada banyak siswa dan membantu mereka untuk merasa lebih santai dan berfikiran jernih.

3. Siswa belajar lebih banyak dan lebih baik dalam lingkungan yang benar-benar sunyi.

Penelitian mengungkapkan banyak orang dewasa mampu berfikir dan mengingat paling baik ketika mendengarkan musik. Dan penelitian di negara maju menunjukan 40% siswa menengah lebih menyukai mendengarkan suara musik dan kebisingan saat belajar, mereka tidak dapat berkonsentrasi dalam keadaan sunyi. Namun selalu ada siswa dalam tiap-tiap kelompok membutuhkan suasana yang benar-benar sunyi. Lingkungan belajar dan pelatihan seharusnya melayani kedua kebutuhan ini.

4. Siswa lebih mudah mengenali subjek yang sulit pada awal pagi ketika mereka masih dalam kondisi paling waspada.

Hal ini tidak berlaku bagi semua pembelajar. Apabila siswa dibiarkan belajar pada waktu-waktu yang paling tepat bagi mereka, maka sikap, motivasi dan nilai matematika mereka akan membaik. Tidak semua anak dapat berkonsentrasi pada pagi hari dan itulah sebabnya para pembelajar sore dan para tukang begadang malam mendapat masalah belajar dalam tatanan pendidikan tradisional yang menjadwalkan subjek-subjek sulit pada jam-jam pagi hari

5. Siswa yang tidak bisa duduk tenang berarti belum siap belajar atau tidak bisa belajar dengan cara yang benar.

Biasanya siswa yang lebih banyak darikalangan laki-laki membutuhkan mobilitas saat mereka belajar. Kebanyakan siswa yang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran cenderung belajar lebih banyak, dan memperhatikan lebih cermat dan meraih nilai tes lebih tinggi dibanding apabila mereka harus duduk diam dan mendengarkan saja.

6. Umumnya semakin bertambah usia semakin mudah mereka beradaptasi dengan gaya mengajar seorang guru.

Meskipun memang benar bahwa siswa dewasa membutuhkan motivasi yang lebih sedikit dari guru, juga struktur yang lebih sedikit, mereka tetap belajar dengan cara yang berbeda , memiliki kebutuhan dengan gaya berbeda. Sebagai mana siswa yang lebih muda usianya, merekapun mendapatkan kesulitan yang sama dalam menghadapi para guru dan pelatih dengan gaya mengajar yang tidak sama dengan gaya belajar mereka

Semua hal diatas adalah pemikiran keliru mengenai gaya belajar dan mengajar yang perlu dikoreksi lagi. Bagaimana solusinya? Yang pertama perlu dilakukan para guru, orang tua dan pelatih adalah:

1. Setiap orang seharusnya memiliki pengetahuan tentang gaya belajar yang berbeda.

2. Para pendidik harus siap mengimplementasikan metode pengajaran yang berpusat pada siswa dan sebisa mungkin memenuhi kebutuhan semua siswa.

3. Orang tua harus mengerti perbedaan gaya belajar pada anak-anak mereka sebaiknya mendukung kebutuhan belajar mereka yang sebenarnya dan menciptakan lingkungan belajar yang akrab dirumah. Serta tidak memaksakan kehendak untuk mengikuti gaya belajar mereka.


Oleh: Novianty Elizabet
Sumber: edukasi.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar