Minggu, 29 November 2009

Sekolah yang Menganggap Semua Muridnya Cerdas


”Di sekolah ini, kami menganggap bahwa semua anak itu cerdas, tidak ada anak yang bodoh...” kata Kepala Sekolah di salah satu SD yang kukunjungi waktu itu. Sebuah SD Islam yang menjadi salah satu tujuan bagi kami untuk menyekolahkan Mirza ke sana kelak. Di SD ini kami disambut dengan sangat ramah, terlihat sekali mereka sangat profesional menghadapi para orangtua yang sedang berkunjung ke sana untuk mendaftar atau baru sekedar survey seperti kami. Hal yang tak saya temui di SD-SD lain.
Lebih lanjut Bapak Kepala Sekolah tadi menjelaskan bahwa di sekolah itu menerapkan prinsip Multiple Intelegence dalam mendidik anak-anaknya. Saya belum banyak tahu tentang Multiple Intelegence (MI). Yang saya tahu bahwa MI menganggap bahwa kecerdasan seseorang itu tidak hanya dilihat dari IQ semata. Ada beragam kecerdasan lain yang diyakini bahwa setiap manusia minimal memiliki salah satu di antaranya.
Beliau juga menjelaskan bahwa MI ini dikembangkan oleh seorang bernama Howard Gardner.

Howard Gardner mengklasifikasikan jenis kecerdasan ini menjadi 8, yaitu:

1. Kecerdasan Linguistik
2. Kecerdasan Matematis-Logic
3. Kecerdasan Visual-Spasial
4. Kecerdasan Musical

5. Kecerdasan Kinestetic
6. Kecerdasan Interpersonal
7. Kecerdasan Intrapersonal
8. Kecerdasan Naturalis

Penjelasan rinci mengenai kecerdasan-kecerdasan itu ada di sini.

Jadi bila seseorang memiliki kelemahan di bidang logical-matematic, bisa jadi dia memiliki keunggulan di linguistic atau bidang-bidang yang lainnya. Minimal satu jenis kecerdasan pasti dimiliki oleh murid-murid di sini.

“Sekali lagi, tidak ada murid yang kami anggap bodoh di sekolah ini…” katanya.

Wah menarik juga nih, pikirku.

Biasanya sekolah yang menerapkan metode multiple intelegence ini memiliki ciri khas tidak menerapkan test pada saat penerimaan siswa baru. Semua jenis murid akan diterima dengan kondisi apa adanya. Kalaupun ada semacam test, itu bukan untuk menguji kemampuan siswa, tapi biasanya berupa Multiple Intelegence test.

“Apa bedanya multiple intellegence test dengan test-test yang sering dipraktekkan di penerimaan siswa baru SD -SD lain?” tanya saya penasaran waktu itu.

“Oh begini ibu... multiple intelengence test ini digunakan untuk mengukur kecenderungan kecerdasan seorang siswa. Di bidang apakah dia lebih menonjol. Masing-masing anak pasti berbeda-beda, dari hasil test ini nanti kami akan melakukan pendekatan cara pengajaran kepada tiap-tiap siswa...” jelasnya.

Lalu seorang Bapak bertanya ”Setiap anak kan beda-beda kecenderungan kecerdasannya, sementara dalam satu kelas kan heterogen, lalu bagaimana cara pihak sekolah bisa menerapkan cara itu ke masing-masing siswa?”

“Jumlah siswa di kelas kami hanya 28 siswa dengan 2 orang guru, kami sudah punya data hasil test MI tiap-tiap siswa, kami akan melakukan pendekatan sesuai dengan kecenderungan masing-masing siswa, misal si A menonjol di linguistic, kami akan menjadikan sesuatu yang berhubungan dengan bahasa, bacaan atau yang sejenisnya sebagai pintu masuk kami untuk memasukkan pelajaran untuknya. dan misal si B menonjol di visual-spatial kami akan masuk lewat pintu seni rupa, begitu seterusnya.. jadi di sini pendidikan lebih ke personal, makanya jumlah siswa tiap kelas tidak banyak…”

“Pendekatan personal ini juga kami harapkan agar dapat membuat sekolah ini bisa menyenangkan untuk semua siswa…” lanjutnya.

Inilah kesan pertama yang menarik bagi saya dan menjadikan sekolah ini akhirnya sebagai sekolah terpilih untuk Mirza.(Jadi inget sekolahnya Totto Chan...)


Oleh: Syasya Prasetyo
Sumber: edukasi.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar