Selasa, 26 April 2011

Dying Inside

Seorang sahabat yang baik mengirimkan sebuah cerita hikmah kepada saya melalui akun facebooknya. Seperti ini ceritanya, Puluhan tahun yang lalu, di sebuah desa di Kaliwungu Kudus ada seorang tua, pekerjaan beliau adalah tukang asah pisau keliling.

Setiap hari orang tua tersebut berkeliling dari rumah ke rumah untuk menawarkan jasanya. Beliau berkeliling sambil membunyikan lonceng kecil, untuk
menarik perhatian orang.

Pada awalnya, banyak sekali orang yang memanfaatkan jasa beliau. Setiap hari selalu ada saja orang yang mengasahkan pisau ataupun gunting mereka ke orang tua tersebut. Dengan pekerjaan mengasah pisau, orang tua tersebut bisa menghidupi keluarganya.

Tahun demi tahun berlalu, jaman semakin modern dan membuat segalanya menjadi praktis. Demikian juga, pisau-pisau maupun gunting-gunting yang ada di pasaran semakin berkualitas dan murah. Sehingga perlahan- lahan tidak ada lagi orang yang mengasahkan pisau atau guntingnya. Mereka lebih memilih untuk membeli yang baru daripada mengasahkannya. Akibatnya, tidak ada lagi orang yang membutuhkan jasa orang tua si pengasah pisau tersebut.

Tetapi setiap hari orang tua tersebut tetap berkeliling seperti biasa, dengan harapan masih ada orang yang mau memanfaatkan jasanya. Awalnya, orang tua tersebut masih bersemangat. Tapi lamakelamaan, semangatnya semakin kendur karena dia merasa tidak ada lagi orang yang membutuhkan dia.

Waktu berlalu, akhirnya tidak lama, orang tua tersebut meninggal. Ada yang mengatakan bahwa orang tua tersebut meninggal karena kanker. Tapi sebenarnya apa yang menyebabkan orang tua tersebut meninggal ?

Apa yang akan Anda rasakan bila tidak ada lagi orang yang membutuhkan Anda? Anda akan merasa dying inside. Menurut teori kebutuhan Abraham Maslow, kebutuhan manusia yang paling tinggi adalah aktualisasi diri. Anda akan merasa sangat berarti bila Anda dibutuhkan oleh banyak orang. Oleh karena itu, buatlah sesuatu yang dapat membuat diri Anda dibutuhkan, kembangkan potensi diri Anda !

Cerita hikmah di atas mengajarkan kita agar senantiasa menjadi orang yang selalu mengembangkan diri dengan bekerja atau amal yang bermanfaat. Bermanfaat untuk diri sendiri dan bermanfaat bagi orang lain.

Jauh sebelum Abraham Maslow berteori tentang kebutuhan manusia yang paling tinggi. Islam telah mengajarkan melalui sabda Nabi Muhammad saw , bahwa “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lain” (HR Attirmidzi).

Hadis ini mengajarkan kita agar senantiasa menjadi manusia yang selalu mengaktualisasikan diri dengan amal. Amal yang membawa manfaat kebaikan yang di rasakan oleh orang lain bukan hanya diri sendiri, amal besar atau pun kecil. Sehingga keberadaan kita akan senantiasa di harapkan oleh setiap orang lain. Manfaat kebaikan hanya akan datang dari amal-amal kebaikan. Dengan amal kebaikan akan melahirkan buah kebaikan.

Banyak hal-hal kecil yang dapat kita lakukan dan dapat membawa manfaat besar untuk orang lain. seperti menampakkan senyum kepada setiap orang yang kita jumpai, mendoakaan orang lain yang dalam kesusahan dan sakit atau di landa musibah atau sekedar menyingkirkan duri di jalan sehingga banyak orang akan terhindar dari bahaya duri itu. Terlebih lagi jika kita dapat melakukan sebuah amalan yang dapat membawa manfaat besar bagi banyak orang.

Saat orang lain membutuhkan kita saat itu pula diri kita senantiasa menjadi orang yang bermanfaat dan berdaya guna bagi orang lain. Menjadi orang yang bermanfaat dan berdaya guna akan senantiasa menjadikan kita orang yang selalu berkarya dan beramal dengan mengembangkan seluruh potensi yang ada.

Allah SWT berfirman dalam sebuah ayat-Nya “Dan Katakanlah ,”Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS Attaubah : 105)

Sebagai seorang muslim waktu merupakan anugrah terbesar yang di berikan kepada kita. sehingga setiap detik waktu yang kita lewatkan merupakan peluang beramal yang harus kita kerjakan. tidak boleh ada sedetik waktupun yang terlewatkan dengan sia-sia.

Allah SWT memberikan potensi dan waktu yang sama kepada setiap manusia. Sehingga setiap kita akan memiliki peluang kesuksesan dan kebahagiaan yang sama. Tinggal bagaimana kita banyak mengembangkan potensi diri itu dan memanfaatkan peluang waktu yang diberikan kepada kita. Sehingga kita tidak menjadi manusia yang sia-sia di dunia ataupun di akhirat.

“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS AL Ashr : 1-3)

Wallahu ‘alamu bishowab.


Sumber: Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar