Senin, 18 Oktober 2010

Pendidikan karakter tanggungjawab guru

Solo (Espos). Pendidikan karakter menjadi tanggungjawab semua guru. Setiap guru harus menjadi orang yang berkarakter agar mampu mencetak siswa yang berkarakter. Caranya dengan melakukan internalisasi nilai-nilai hidup sebagai manusia yang berkarakter, saat terjadi proses pembelajaran.

Pendapat itu disampaikan pakar pendidikan yang juga Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof Dr rer nat Sajidan, saat ditemui Espos di ruang kerjanya, Rabu (13/10).

Ia mencontohkan guru yang saat ujian menyontek, ia tidak akan mampu mendidik siswanya menjadi pribadi yang berkarakter. Guru yang berkarakter adalah guru yang mampu memperlakukan siswa dengan baik dengan kelembutan dan keteladanan yang indah. Dia harus berperilaku baik, tidak berwatak keras dan berakhlak mulia. “Tapi guru itu tetap profesional dalam menjalankan tugasnya,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan seorang guru yang berkarakter pasti berasal dari keluarga yang berkarakter pula. Seorang guru tidak akan bisa membuat muridnya menjadi orang yang berkarakter, jika dia sendiri tidak mampu mendidik anak-anaknya sendiri menjadi orang yang berkarakter.

Menurut Sajidan, guru memiliki dua ranah dalam pembentukan karakter. Yaitu intervensi guru melalui kegiatan belajar mengajar dengan mendidik, mengajari, mengarahkan, membimbing dan mengevaluasi. Ketika di kelas guru harus menguasai materi dengan baik, memberikan gambaran tentang orang-orang sukses.

Selain itu, ujarnya, guru juga memiliki ranah yang berkaitan dengan habituasi atau pembiasaan. Guru dan murid sebaiknya mengadakan pembiasaan menjadi orang yang berkarakter, dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Misalnya pembiasaan guru dan murid dalam kegiatan Pramuka, organisasi keislaman dan lainnya.

“Dengan demikian pendidikan karakter akan berhasil, jika gurunya juga orang yang berkarakter,” ujarnya.Oleh karena itu, katanya, konsep pendidikan karakter tidak usah dipisahkan menjadi mata pelajaran tersendiri. Tapi langsung dipraktikan setiap guru.


Sumber: Solopos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar