Rabu, 14 Juli 2010

Kurikulum Pendidikan Dasar Kita

Tahun ini merupakan tahun ke empat saya dibuat terkaget-kaget dengan isi buku pelajaran anak saya. Pada saat memberi sampul plastik buku PKN kelas 4 Sekolah Dasar itu, saya dibuat takjub dengan materi yang diberikan. Murid kelas 4 SD sudah harus belajar sistim pemerintahan mulai dari tingkat RT, RW, Kelurahan/ Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, ditambah lagi lembaga Negara sampai Mahkamah Agung, Komisi Yudisial dll, bukan main….!

Belum hilang rasa kaget saya dengan materi pelajaran itu, tadi malam saya dibuat bingung lagi dengan anak saya itu. Baru hari ke dua masuk sekolah, dia minta ijin untuk bolos esok hari, dengan memelas, pliissss ma…, hanya satu hari untuk semester ini, bujuknya sambil mulai nangis. Selidik punya selidik, ternyata dapat PR Sains menggambar seluruh rangka manusia, mulai dari tengkorak dan anggota gerak, lengkap dengan namanya dan dihafalkan pula!

Karena penasaran akhirnya saya membuka web site diknas, mencoba mencari kurikulum sekolah dasar, tapi sayang tidak bisa dibuka, isinya hanya mata pelajaran yang wajib diajarkan untuk pendidikan dasar dan menengah, tidak ada GBPP atau semacamnya. Saya jadi mikir sendiri, apa memang kurikulumnya seperti itu, atau hanya akal-akalan dari penerbit saja.

Sejak kelas satu SD, anak-anak sudah diwajibkan belajar Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, IPS, PKN, Sejarah, Sempoa, ditambah lagi Bahasa Arab sebagai muatan lokal. Dan setiap kali membantu mengerjakan PR saya pasti mengomel, ”mama dulu belajar peribahasa kelas 6, bukan kelas 3, mama belajar hitungan seperti itu kelas 5 bukan kelas 3, belajar akar serabut akar tunggang itu SMP, bukan kelas 3 SD, belajar rangka manusia itu SMP, bukan kelas 4SD!"

Teringat jaman saya SD, kelas satu hanya ada membaca dan berhitung ditambah kesenian dan olah raga yang tidak perlu menghafal panjang lapangan sepak bola, lebar lapangan bulu tangkis, lapangan voli dll. Kelas satu memang menghafal pancasila, tapi belum ada mata pelajaran PKN.

Yaah…, betul memang kalau jamannya sudah beda, saya dulu tidak kenal yang namanya Google, tidak tahu apa itu warnet. Tapi kalau anak saya sampai mengeluh lagi ”Ma, otakku sudah penuh nih, makanya sekarang susah sekali menghafalnya“, - saya harus jawab apa?


Sumber: edukasi.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar