Rabu, 14 Juli 2010

Mengasah Alat Pikir

Sungguh menyesakkan di dalam hati dan pikiran jika kita mencermati begitu banyak pelaksanaan pembelajaran yang hanya penjejalan materi, memorizing, dan otomatisasi siswa dalam mengerjakan soal tanpa mengetahui bagaimana jalan ceritanya sehingga jawaban diperoleh. Namun, budaya siap saji di gelombang masa industrialisasi yang berciri time is money berujung pada pragmatisme di hampir segala sendi kehidupan!

Coba tengok, di awal tahun ini bimibingan tes mulai menawarkan paket-paket untuk masuk perguruan tinggi dengan teknik menjawab cepat, teknik-teknik bekerja cepat, tetapi mereka tidak mengetahui bagaimananya, meskipun jawabannya benar! Demikian pula, anak-anak kelas VI telah mulai pemanasan memorizing dengan menyiapkan berbagai macam kumpulan soal tahun-tahun lalu, bahkan jadwal mulai disusun untuk les-les persiapan UAN dan USBN!

Anak telah terkondisi untuk memperoleh hasil, tanpa mempertimbangkan ada hal lain yang jauh lebih penting dan mendasar, yaitu “Mengasah Alat Pikir”. Dan alat-alat pikir inilah sebenarnya yang digunakan anak dalam kehidupan nyata kelak!

Coba renungkan!

Aapakah masih berarti anak-anak SD menghafal nama-nama menteri kabinet, bukankah lebih baik mendiskusikan mengapa perlu ada menteri? Masihkah urgen anak menghafalkan batas wilayah, jumlah kabupaten atau propinsi, manakala mereka menjadi sarjana, maka jumlah propinsi mungkin sudah 50, 500 kabupaten, batas sudah tek berarti karena terjadi pemekaran! Bukankah lebih baik mendiskusikan mengapa perlu ada batas wilayah, mengapa ada kabupaten dan propinsi, bagaimana mengelola kemanfaatan sungai yang melewati berbagai kabupaten!

Sementara dalam kehidupan nyata kelak, individu dihadapkan pada persoalan kehidupan yang kadang samasekali terpelas dari hiruk pikuk konten materi. Individu dihadapkan dengan demonstrasi sementara yang dipelajari adalah jenis-jenis kelompok manusia, jenis-jenis perubahan masyarakat. Tetapi guru lupa bagaimana mengajak dan mendorong siswa membicaraman mengapa manusia itu dinamis, bagaimana marah itu terjadi, bagaimana mengendalikan kemarahan, bagaimana berhadapan dengan kelompok manusia yang sedang emosional! Dan ini realitas yang dihadapi anak-anak kelak ketika mereka sudah menjadi pejabat!

Alat Pikir Terasah, substansi Materi Terkuasai

Guru mengajak anak kelas satu SD mendaftar anggota tubuh diri sendiri! Bagaimana mengenali tubuh sendiri, bercerita tentang anggota tubuh, membandingkan bentuk anggota tubuh, mengandaikan anggota tubuh dengan berbagai alat aau barang di sekitar anak! Di hari berikut, guru mengajak anak mendaftar siapa anggota keluarga inti, mendaftar saudara bukan inti, bercerita tentang bagaimana ayah bekerja, bagaimana kehidupan di keluarga, bagaimana ayahnya mengimami sholat!Membdekan kegemaran masing-masing anggota keluarga, bercerita bagaimana kalau berebut dalam melihat televisi, apa usualan anak, dan sebagainya!


Apa yang berkembang pada anak?

Anak secara gradual memiliki dan mengembangkan alat-alat pikir: mendaftar, membedakan, membandingkan, menyatakan, memberi contoh, bercerita, berimajinasi, bahkan anak berlatih menganalisis, menyimpulkan, memprediksi, menilai, dan memecahkan masalah! Ini adalah alat-alat pikir yang jauh lebih penting dibanding sekedar apa yang dimaksud keluarga inti dan keluarga bukan inti, macam-macam kegemaran, saling menghormati, yang nota bene telah mereka kuasai sejalan dengan berkembangnya alat pikir.

Maka pembelajaran sebenarnya lebih mendahulukan melatih alat-alat pikir, karena melalui setting mengasah alat-alat pikir, maka akan terjadi kinerja dua mata pisau! Satu sisi berkembanglah alat-alat piker anak sekaligus sisi penguasaan konten akan tercapi secara lebih bermakna, lebih nyata, lebih operasional, tidak sekedar hafal, dan anak belajar dengan kebahagiaanya dalam kehidupan nyata dan guru tidak lelah!

Pilihlah alatnya dan cara manggunakan alat dibanding ikannya!

Memang enak membeli ikan segar selanjutnya memasak, bahkan lebih enak lagi membeli ikan yang sudah siap saji! Kita tidak perlu membersihkan, menyuci, memasak, cukup keluar uang dan nikmat kita peroleh!

Namun lebih nikmat lagi! Kita membawa alat, menguasai alat pancing, memancing ke sungai atau laut, memperoleh ikan, kita masak, dan kita nikmati. Kepuasannya melebihi bila kita langsung makan. Dan tentu akan menghemat biaya!

Contoh kecil di rumah! Anak bertanya 4 + 4 berapa pa? Sederhana bawalah anak di dekat tumpukan buku suruhlah mereka menghitung buku-buku yang ada di meja! 4 x 4, bawa anak di samping kursi, suruh hitung kaki kursi ada 4 dan bila ada 4 kursi? Anak mampu menjawab 4+4 = 8, 4 x 4 = 16, dan ia tahu proses memperoleh 8 dan 16! Implikasinya? Bagaimana kalau ia mendapatkan persoalan kembali, mudah bukan untuk transfer of knowledge, transfer of skills? Dan kita tidak capek?

Kerja keras itu bagus, tetapi kerja smart lebih bagus!


Sumber: edukasi.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar