Selasa, 12 Mei 2009
Seto: Pola Pendidikan Harus Membuat Nyaman
SEMARANG, KOMPAS.com. Psikolog perkembangan anak, Seto Mulyadi, yang akrab disapa Kak Seto mengatakan bahwa pola pendidikan yang diterapkan di Indonesia seharusnya membuat siswa menjadi betah dan nyaman dalam mengikuti proses pendidikan.
Selama ini, pola pendidikan yang diterapkan cenderung menciptakan guru sebagai sosok yang menyeramkan dan menakutkan, kata Kak Seto seusai menghadiri rangkaian acara peluncuran Program Cinta Sekolahku PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS) Food di Gedung Juang 45 Semarang, Sabtu (25/4).
Dengan begitu, proses pendidikan yang dilaksanakan tidak akan dapat berjalan secara optimal. Sebab, anak-anak justru menjadi takut untuk berangkat ke sekolah dan bertemu dengan gurunya, kata Ketua Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak tersebut.
Ia mengatakan, sudah saatnya pemerintah mengambil langkah untuk mengubah pola pendidikan yang selama ini telah berjalan. Selama ini, proses pendidikan yang diterapkan, terutama dalam penyampaian mata pelajaran (mapel) di sekolah-sekolah, cenderung dilakukan secara kaku dan monoton, katanya.
Akibatnya, proses pendidikan yang dilakukan dengan cara tersebut hanya akan melahirkan robot-robot yang tidak mampu untuk berpikir dan bersikap kreatif.
Pola pendidikan yang seperti itu harus diubah karena tidak akan mampu memicu motivasi internal dan tingkat kreativitas siswa sebab motivasi internal sangat dibutuhkan untuk membuat siswa menjadi bersemangat dalam mengikuti proses pendidikan.
Menurut dia, masih terdapat sekitar 60 persen sekolah di Indonesia yang belum menerapkan pola pendidikan secara kreatif. Inilah yang harus diubah agar sebisa mungkin proses pendidikan dapat membuat siswa menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan ilmu yang didapatnya di sekolah, katanya.
Peran serta pemerintah, lanjutnya, dibutuhkan dalam pengalokasian dana untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas guru. Tidak hanya berupa pengadaan sertifikasi terhadap guru, kata Kak Seto.
Ia mengharapkan, sosok guru, yang semula dianggap menyeramkan dan menakutkan, sebaiknya diubah menjadi sosok yang lebih bersahabat. Guru harus menjadi sahabat anak-anak, katanya.
Guru harus bisa menyampaikan mapel dengan sikap yang lebih menyenangkan dan bersahabat, apa pun mapelnya, terutama mapel yang sering dianggap menyeramkan bagi siswa, misalnya Kimia, Fisika, dan Matematika, katanya.
Ia mengatakan, proses pentransferan ilmu kepada siswa tidak lagi dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan mulut dan tangan, tetapi harus dilakukan dengan hati. Misalnya, ada siswa yang tetap tidak paham meskipun telah berkali-kali diajari, sikap guru jangan lantas menganggap siswa tersebut bodoh dan tidak mampu, tegasnya.
Sebab, terdapat kemungkinan siswa tersebut memiliki pola belajar tersendiri, tidak seperti kebanyakan anak lainnya. Sehingga, guru harus lebih sabar dalam menghadapinya, katanya.
Ia mengatakan, sekolah-sekolah yang sudah menerapkan pola pendidikan kreatif di antaranya adalah sekolah alam dan program home schooling. Pola pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah tersebut dapat dijadikan contoh untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia, katanya.
Sumber: Kompas.Com
http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/04/25/16460314/seto.pola.pendidikan.harus.membuat.nyaman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Jakarta. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di satu sisi telah membawa dampak positif pada perkembangan kehidupan masyarakat. ...
-
Dalam sebuah wawancara di sebuah stasiun televisi swasta nasional, Sabtu (18/6), Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh ...
-
Meski kedua kakinya buntung dan kedua telapak tangannya tak sempurna, namun Dewi Sudarmi (6), siswi klas 1 SDN Kertagenah Laok 3 itu bercita...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar