Selasa, 19 Mei 2009

BELAJAR MULTIBAHASA SEJAK DINI


Otak anak-anak sampai usia 8-10 tahun merupakan fase yang paling peka untuk digunakan belajar bahasa. Sesudah itu perkembangan sentrum bahasa pada otak kiri akan berkurang. Hal ini menepis pendapat banyak kalangan bahwa anak yang diajarkan bertutur multibahasa bisa membuat kebingungan dan menyebabkan keterlambatan perkembangan bahasa anak.

Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa kegaguan pada anak bisa disebabkan oleh tantangan multi bahasa. Hal itu sama sekali tidak benar.

Penelitian menunjukkan bahwa jika diajarkan secara benar, belajar multibahasa pada usia dini memacu perkembangan anak secara keseluruhan. Penelitian lain menunjukkan bahwa anak yang belajar multibahasa sejak usia dini biasanya lebih sukses dalam kehidupannya karena sudak terbiasa berhubungan dengan bermacam-macam bahasa. Hal ini disebabkan karena bahasa menjadi media komunikasi saat anak menjadi dewasa dan memasuki dunia kerja.

Sejak 1951 UNESCO telah merekomendasikan penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar pendidikan. Selain menambah rasa aman bagi balita, bahasa ibu juga memeihara identitas etnis dan juga meningkatkan kepekaan linguistik. Di seluruh dunia, komunitas yang memakai satu bahasa hanya sekitar 13 persen. Selebihnya, paling tidak menggunakan dua bahasa.

Indonesia tidak termasukdalam kategori 13 persen tersebut. Anak-anak di Indonesia pada umumnya menguasai dua bahasa, yaitu bahasan daerah dan bahasa Indonesia. Hal ini merupakan suatu kelebihan dan menjadi dasar untuk mempalajari bahasa asing dengan lebih mudah. Namun yang harus diingat adalah konsep dan cara belajarnya harus dilakukan dengan benar.

Jangan Dicampur


Bagaimana cara mengajarkan multi bahasa yang baik bagi anak usia dini? Kita perlu menggunakan bahasa yang kita kuasai untuk berbicara dengan anak. Jangan memakai bahasa yang bercampur-campur saat berbicara dengan anak. Misalnya ibu memakai bahasa Indonesia, ayah bahasa Inggris, nenek bahasa daerah, tidak masalah, asal tidak dicampur-campur sehingga anak menjadi bingung. Dalam mempelajari bahasa, anak-anak memahaminya dalam konteks secara keseluruhan dan kadang-kadang tanpa mengerti kosa kata yang digunakan secara detail. Secara intuitif anak belajar mengerti bahasa yang mereka dengar dengan benar sesuai perkembangannya. Prosesnya sama dengan mereka belajar bahasa ibu, yaitu tanpa mengajarkan tata bahasa, kosa kata, dan sebagainya. Dalam mengajarkan bahasa kepada anak, tidak boleh menggunakan dua bahasa dalam satu kalimat. Hal itu dapat membingungkan anak.

Metode Immersion

Metode ini banyak diadopsi dalam proses pengajaran multibahasa. Metode ini tidak mementingkan tata bahasa, tapi cara pengertiannya. Bahasa selalu disampaikan dalam konteks. Klimat yang diajarkan dihubungkan dengan perbuatan. Apa yang dituturkan oleh guru dihubungkan dengan gerakan, mimik, maupun bahasa badan yang menunjang tanpa penekanan dalam tata bahasa maupun kosa kata. Cara pengajarannya menggunakan contoh, misalnya dibuatkan bentuk pesawat dari kertas untuk mengenalkan pesawat dalam bahasa yang diajarkan. Hal ini merupakan inti dari metode immerson.Dengan metode ini, anak berlatih bahasa asing tanpa harus menerjemahkanapa yang mereka dengar dan ucapkan.

Hal yang tidak kalah pentingnya dalam pengajaran bahasa ini adalah dukungan orang tua. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya mengenalkan musik, tarian, atau makanan dari negeri asal bahasa yang dipelajarinya, juga menyediakan buku-buku, video, atau bahan lain dalam bahasa asing. Bahkan jika memungkinkan, orang tua bisa mendorong anak untuk menjalin sahabat pena dengan anak-anak dari negeri asal bahasa yang dipelajarinya.


Sumber : REPUBLIKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar