Senin, 04 Mei 2009

Merangsang Kreativitas Anak dengan Menulis


Menulis dapat menyalurkan ide. Kegiatan itu juga membuat anak-anak lebih kreatif dan berpikir lebih mandiri. Sayangnya, hal tersebut jarang diperhatikan.

Di berbagai dunia, membaca karya-karya sastra diwajibkan bagi anak-anak usia sekolah dasar (SD). Setelah dibaca, mereka diwajibkan menceritakan kembali dalam bentuk tulisan. Di Indonesia, hal semacam itu belum lazim dilakukan. Budaya membaca di Indonesia belum mengakar, termasuk pada anak-anak. Apalagi meminta anak menuangkan ide kreatifnya dalam bentuk tulisan kreatif.

Padahal, aktivitas tersebut adalah pengalaman belajar yang berharga bagi anak-anak. Bila direncanakan sesuai dengan kemampuan bisa membuat anak mampu menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan seperti puisi, cerita, buku harian, stanza ataupun hymne.

Sebagai contoh, seorang anak yang baru mulai belajar membaca dapat mendiktekan kata-kata atau kalimat-kalimat lalu ditulis oleh guru. Atau, seorang anak yang menulis surat kepada temannya dan menjelaskan tentang poin-poin utama pelajaran, berarti dia sedang mengembangkan keahliannya dalam berkomunikasi dalam bentuk tulisan.

Penelitian yang dilakukan oleh seorang psikolog, Pennebeker yang diungkapkan dalam buku berjudul Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotions menerangkan, menulis emosi dalam sebuah tulisan, bisa membuat anak-anak lebih mudah memahami diri sendiri juga orang lain dan lingkungan.

Bagi anak-anak yang pernah mengalami tindak kekerasan seksual ataupun tindak kekerasan dalam rumah tangga, menulis dapat membantu menghilangkan trauma yang diderita. [sindo]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar