Rabu, 09 Juni 2010

Efek Video Porno Mirip Ariel-Luna-Tari bagi Remaja Indonesia

Dengan kemajuan teknologi internet, video porno yang saat ini sedang hangat-hangatnya dibicarakan sangat mudah untuk diakses, khususnya oleh kaum remaja yang memang sedang getol-getolnya berkubang di dalam dunia maya. Mungkin bagi mereka yang sudah menikah, kasus video porno ini dianggap hal yang biasa, ga ada apa-apanya atau terlalu dibesar-besarkan. Tetapi, bagi para remaja yang baru berusia belasan tahun yang masih dalam proses mencari jati diri, hal ini bisa memberikan efek dan pengaruh yang sangat dalam dan berkesan, apalagi kalau pemainnya benar-benar adalah public figure yang menjadi role model bagi mereka.

Dalam postingan saya sebelumnya yang berjudul Apa Kata Mereka tentang Video (Mirip) Luna-Ariel, ada kompasioner yang memberikan komentar sebagai berikut :

Kalo seleb yg buat video hot.. setanah air heboh…tapi kalo pelajar SMP/SMA or Mahasiswi buat video “ esek-esek” pada cuek bebex……. Gimana Nich…!

Apakah ada perbedaan? Sudah jelas sangat berbeda. Kalau pelajar SMP/SMA/mahasiswa yang buat video “esek-esek”, orang tidak terlalu peduli. Paling dikatakan,”ah, itu anak yang ga bener.” Dan tidak banyak orang yang akan meniru ataupun mencontoh perbuatan itu. Sebaliknya, kalau tokoh dalam video porno adalah artis ataupun pemain band yang menjadi idola dan trend setter, tentu pengaruhnya akan sangat besar bagi remaja yang mengidolakannya.

Dalam dunia psikologi, ada istilah (cognitive) imitation, yang artinya mengobservasi dan meng-copy apa yang dilakukan oleh role model. Contoh yang paling gampang adalah ketika rambut “segi empat” diperkenalkan oleh Demi Moore, hampir seluruh wanita di dunia meniru model rambut tersebut. Saya masih ingat saat itu adalah masa-masa saya masih SMA. Di satu kelas saya saja, ada sekitar belasan orang yang memiliki model rambut Demi Moore. Coba kalau yang mengenalkan model rambut gituan adalah seorang anak SMA yang tidak dikenal, apakah dunia akan meng-copy model rambut tersebut? Saya meragukan hal itu, bahkan mungkin akan jadi bahan olok-olokan satu kelas.

Hal yang sama juga berlaku dalam kasus video porno mirip Ariel-Luna-Tari. Ketiga tokoh ini adalah role model dan menjadi panutan bagi penggemarnya, khususnya kaum remaja. Model pakaian apapun yang dipakai, jenis bahasa apapun yang digunakan bahkan kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan oleh mereka, bisa menjadi satu trend dan ditiru oleh para penggemarnya. Anda bisa membayangkan apa yang terjadi kalau pemeran dalam video itu benar-benar adalah Ariel, Luna dan Cut Tari? Bukan hal yang mustahil perbuatan itu akan menjadi trend di kalangan anak remaja. Kalau ini benar-benar terjadi, saya yakin angka kejadian hamil di luar nikah, aborsi ataupun penyakit kelamin akan meningkat dengan tajam di tanah air.

Demi masa depan, moral dan akhlak remaja yang akan menjadi tulang punggung bangsa Indonesia di kelak kemudian hari, ada baiknya jika kita menghentikan penyebaran video porno tersebut. Saya sangat menyesali perbuatan beberapa teman yang setelah mengunduh video-video tersebut, kemudian disebarkan ke teman-teman satu kantor, bahkan ada yang menontonnya bersama-sama seperti nonton sepak bola, sambil makan kacang dan minum bir. Apa yang akan terjadi seandainya video-video tersebut tanpa sengaja jatuh ke tangan anak-anak mereka ???


Sumber: edukasi.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar