Jumat, 14 Mei 2010

Membuat Anak Berpikir Kritis

Anak adalah masa depan kita. Bagaimana anak ke depan sangat dipengaruhi oleh pola asuh kita saat ini. Tentu saja ini juga dipengaruhi oleh lingkungan belajar anak-anak di sekolah. Seiring dengan perubahan paradigma proses pendidikan saat ini. Memang kita akui saat ini lembaga-lembaga pendidikan sudah mengembangkan sistem pendidikan yang berorientasi pada bagaimana anak didik mampu menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru.

Jadi proses pendidikan masa lalu seperti menuang air di dalam botol sudah banyak di tinggalkan. Namun demikian, kita sebagai orang tua tidak boleh berdiam begitu saja membiarkan seratus persen pendidikan anak pada sekolah-sekolah. Kita juga harus mampu berbuat sesuatu yang barangkali sekolah tidak cukup waktu membimbing anak-anak secara satu persatu.

Dalam hal berpikir kritis misalnya. Selain di sekolah, di rumah juga harus dibiasakan juga agar apa yang didapati anak di sekolah sejalan dengan apa yang ditemukan di rumah. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk membuka wawasan anak agar berpikir kritis. Dalam artikel, "Meningkatkan Berpikir Keterampilan Anak Anda" dikatakan, bahwa sebaiknya orang tua dan anak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuka tingkat berpikir mayor anak seperti yang di kemukakan Bloom, yaitu: Pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis. Analisis, dan evaluasi. Berikut ini contoh pertanyaan yang dapat digunakan orang tua untuk membuka wawasan berpikir anak, seperti yang terdapat dalam artikel tersebut.

1. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pengetahuan mereka, misalnya berapa banyak telur selusin?

2. Untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap sesuatu kenyataan yang ada. Misalnya, bagaimana telur menjadi ayam?

3. Pertanyaan yang berkaitan dengan sintesis: Apa telur dan bentuk dunia memiliki kesamaan? Dapat telur tumbuh menjadi seekor sapi?

4. Berikan juga pertanyaan untuk kecakapan menganalisa. Apa satu perbedaan antara telur kodok dan ayam?

5. Untuk menguji tingkat sintesis pada anak, dapat diajukan pertanyaan: Apa yang mungkin terjadi jika sapi bertelur? Mengetahui apa yang Anda tahu tentang binatang yang bertelur, apa yang bisa Anda katakan tentang hewan yang tidak bertelur?

6. Pada tingkat evaluasi dapat juga mengajukan pertanyaan: Apa yang bertelur binatang memiliki kesamaan?

Tentu saja orang tua dapat mengembangkan kembali pertanyaan-pertanyaan yang lebih realitis dengan lingkungan anak. Atau dengan cara-cara lain. Misalnya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada anak dengan memilih jawaban yang sudah di sediakan: Mana yang lebih baik menanggis atau tertawa. Bila anak-anak TK atau SD kelas 1, diajukan pertanyaan seperti itu, untuk menjawabnya mereka juga melewati suatu proses berpikir.

Hal lain yang lebih penting juga dalam mengembang berpikir kritis anak adalah dengan memberi anak mainan-mainan yang merangsang mereka untuk berpikir. Terkadang orang tua, karena tidak ingin rumahnya berantakan, maka membeli mainan anak yang instan. Sehingga anak hanya menggunakan saja permainan tersebut.

Penggunaan berpikir kritis adalah salah satu keterampilan yang paling berharga yang bisa kita sampaikan kepada anak-anak kita. Keterampilan berpikir kritis sangat penting bagi pengembangan keterampilan dalam memecahkan masalah akademik dan seumur hidup.

Ingat, hal yang paling penting adalah bagaimana anak selalu dibuat dalam keadaan gembira dan tidak ada pemaksaan. Buatlah kondisi sedemikian rupa agar anak bersenang-senang. Ketika anak-anak menikmati diskusi dengan orangtua dan guru mereka, mereka akan senang belajar.


Sumber: edukasi.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar