Pengembangan guru tidak boleh berhenti pada guru menjadi pandai, tetapi harus sampai guru mampu menunjukkan kinerja profesionalnya, yaitu membimbing siswa dalam belajar. Yang diukur bukan sekedar pandai atau tidak pandainya guru, tetapi apakah guru mampu membimbing siswa dalam belajar dan apakah hasil belajar siswanya meningkat.Perubahan mendasar dalam paradigma baru ini adalah mengenai peranan guru. Guru dituntut dapat berperan ganda, dan tidak sekedar sebagai instruktor, tetapi yang lebih penting adalah berperan sebagai fasilitator, kolaborator, dan pembimbing.
Guru Fasilitator adalah Guru yang memberi lingkungan, pengalaman, dan kegiatan belajar yang kaya dengan pemberian berbagai peluang untuk kerja kolaboratif, pemecahan masalah, tugas-tugas otentik, dan berbagi pengetahuan dan tanggung jawab.
Sebagai Pembimbing dalam kelas kolaboratif, guru harus bertindak sebagai pembimbing suatu peran yang kompleks yang menyatukan peran sebagai penggubah kelas, mediator, model, dan sebagai pelatih. Ketika siswa belajar, guru harus berperan sebagai pengatur level informasi dan mendorong sesuai dengan kebutuhan siswa, dan membantu siswa menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan awal mereka, memperbaiki strategi pemecahan masalah mereka, dan membimbing belajar bagaimana belajar.
Guru sebagai Partner belajar (Kolaborator) berlangsung ketika Guru dan siswa berpartisipasi dalam kegiatan investigasi bersama. Dengan bantuan teknologi, siswa mungkin menjadi guru, demikian sebaliknya guru menjadi siswa. Guru berperanan sebagai partner belajar siswa.
Sedangkan menurut Agus Sampurno, tantangan kita sebagai guru ternyata bisa sangat berat seperti ungkapan di atas, atau juga bisa menjadi sangat sederhana. Misalnya, cukup menampilkan diri kita yang gampang tersenyum, peduli, perhatian, mau melontarkan lelucon sesekali dan yang terpenting menguasai materi pelajaran yang kita ampu, maka cukuplah kita sebagai guru bagi siswa-siswa kita.
Dengan demikian, di mata siswa, bisa jadi kita adalah guru yang segalanya dan tak tergantikan, walaupun ada internet, games pembelajaran, sampai DVD pembelajaran sebagai alternatif sumber pengetahuan.
Sumber: edukasi.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar