Pada suatu ketika dikisahkan ada seorang tua renta yang tinggal dengan anak dan menantunya yang sudah berputra 6 tahun. Sang kakek sudah mengalami kesulitan saat berjalan ataupun menggerakkan tangannya karena stroke yang pernah diderita sebelumnya.
Seperti biasa saat makan malam seluruh keluarga berkumpul dimeja makan diruang tengah. seperti biasa pula karena ketidak seimbangan tangannya ada saja alat makan yang terjatuh, sup atau air tumpah dan membasahi taplak meja makan.
Melihat itu semua gusarlah pasangan suami istri tsb. “…kalau begini terus, hilang selera makanku.!!!” begitu keluh sang menantu. Akhirnya dengan kesepakatan bersama suami istri tsb membuat meja kecil lalu diletakkan disudut ruangan, tidak lupa pula mereka membeli peralatan makan dari plastik untuk sang kakek.
Sejak itu anak dan menantunya dapat menikmati makan malam tanpa merasa terganggu ulah sang kakek. sementara dari sudut ruangan kerap terdengar isak tangis sedih sang kakek yang makan sendirian dimeja kecilnya. tak jarang bubur yang berhasil masuk kemulutnya sudah bercampur tetesan air matanya. tak jarang sang kakek tidak makan karena sup atau buburnya tumpah ke lantai.hal itu makin membuat anak dan menantunya geram dan mengomel pada sang kakek. melihat itu semua sang cucu yang baru berusia 6 tahun itu hanya diam dan tak satu patah kata pun terlontar dari bibirnya yang mungil.
Suatu malam sebelum tidur, seperti biasa pasangan suami istri tsb masuk ke kamar anaknya untuk mengucapkan selamat tidur. tapi malam itu putranya masih terlihat asyik dengan mainan kayunya. sang ayah bertanya: ”Apa yang sedang kau buat nak…sampai kau belum tidur juga?“
dengan penuh semangat sang putra menjawab: ”aku sedang membuat meja makan untuk ayah dan ibu kalau aku sudah besar nanti dan akan kuletakkan disudut ruangan tempat kakek makan, bagus kan yah…?"
mendengar jawaban putranya suami istri tsb merasa amat sedih dan terpukul.
malam itu mereka sadar harus ada yang dibenahi.
Sejak malam itu suasana diruang makan kembali seperti semula, semua berkumpul dalam satu meja makan, bedanya tak ada lagi terdengar suara omelan meski selalu ada saja alat makan yang jatuh atau sup tumpah mengotori taplak meja. tidak ada lagi meja kecil disudut ruangan dengan suara isak tangis sang kakek yang membuat sang cucu berhenti makan.
Teman……
Anak2 adalah persepsi kita, mata mereka akan selalu mengamati,
Telinga mereka akan selalu menyimak dan fikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan.
Mereka adalah peniru ulung.
Orang tua yang bijak akan selalu menyadari setiap ”Bangunan Jiwa“ yang disusun adalah pondasi yang kekal untuk masa depan anak-anak.
Untuk merekalah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain sama artinya dengan tabungan masa depan.
Semoga dapat diambil hikmahnya...
Sumber: http://maspur.wordpress.com/2007/06/05/sebuah-cerita-untuk-mendidik-anak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar