Begitulah bunyi informasi yang kita baca diharian kompas pada hari ini, ironis memang tapi boleh jadi itulah kenyataannya. Saya yang punya anak SD jadi khawatir jangan-jangan anak saya di ajar oleh guru yang tidak layak itu. Sehingga yang terjadi adalah pembellian buku yang macam-macam tapi tidak pernah dipelajari. Pemberian tugas yang banyak tapi tak pernah dikoreksi, apa yang terjadi anak menjadi malas dan tidak ada motivasi belajar. Sudah begitu mata pelajaran yang banyak boleh jadi yang membuat anak-anak kita frustasi sekolah.
Kita terkadang terlalu menyalahkan satu pihak guru, jangan-janagan yang salah itu dari pembuat kebijakan. Pemerintah dibawah diknas seharusnya selalu mengevaluasi penyebaran guru yang berkualitas jangan sampai berkumpul disatu sekolah, sehingga sekolah itu saja yang maju. Sebaiknya guru-guru yang bermutu disebarkan sehingga mereka memberikan kontribusi kepada teman-temannya yang dianggap belum memenuhi standar.
Tulisan dikompas itu seharusnya juga memotivasi para guru untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Ingat kita tidak sedang berhadapan dengan benda mati, tapi dengan makhluk hidup yang punya kemampuan otak yang luar bisa, apabila kita bisa menggalinya. Otak manusia lebih canggih dari alat apapun, kesadaran akan inilah yang harus disampaikan para guru kepada para muridnya sehingga mereka bisa mengoptimalkan kerja otak mereka.
Kebanyakan yang terjadi sekarang banyak diantara para guru menjastifikasi anak itu bodoh, jika tidak bisa mengikuti pelajaran yang mereka ajarkan tanpa pernah mengevaluasi cara mengajar mereka. Para guru harus paham betul bahwa para murid yang dihadapi mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda, ada yang visual, audio visual dan kinestetik. Ketika kita sadar akan hal ini kita akan menggunakan berbagai metoda dan alat pengajaran supaya bisa diikuti oleh semua murid, pada akhirnya guru yang demikian adalah guru yang dinamis tidak monoton dan selalu memperbaharui diri dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
Akhirnya tidak usah kecewa dengan hasil penelitian itu, mari para guru merubah paradigma yang ortodoks dimana guru sebagai sumber segala-galanya, ke paradigma modern dimana guru hanya sebagai fasilitator membantu anak menemukan bakat dan minatnya.
Oleh: Badrudin Al-Jauhari|27 Oktober 2009|8:02
Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2009/10/27/sebagian-besar-guru-tk-dan-sd-tidak-layak-jadi-guru-begitulah-bunyi-informasi-yang-kita-baca-diharian-kompas-pada-hari-ini-ironis-memang-tapi-boleh-jadi-itulah-kenyataannya-saya-yang-punya-anak-sd/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar