Kamis, 08 Oktober 2009

Ke Mana Arah Pendidikan Nasional?

Kamis, 8 Oktober 2009 | 11:45 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik
-------------------------------------------------------


DEPOK, KOMPAS.com. Belakangan ini pendidikan nasional seperti kehilangan visi. Bukan visi pendidikan nasional sebagai sarana membangun identitas bangsa dalam menerima perubahan global yang diperjuangkan, tetapi Indonesia cenderung hanyut dalam arus globalisasi. Lalu, ke mana arah pendidikan nasional saat ini?

Berdasarkan kondisi itu, pakar pendidikan Prof HAR Tilaar menyampaikan sejumlah koreksi terhadap visi pendidikan nasional yang berkembang saat ini.

Pertama, ciri pendidikan yang harusnya didasarkan pada kebudayaan nasional kerap diabaikan. Pengajaran bahasa dan pembentukan watak bukan lagi menjadi prioritas.

"Kami hanya sibuk membentuk anak-anak menang di olimpiade-olimpiade saja. Hanya pembentukan intelektual dan kognisi," kata HAR Tilaar dalam Simposium Nasional Membangun Visi Pendidikan Indonesia di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI), Kamis (8/10).

Kedua, Tilaar melihat poskolonialisme sangat kental dalam sistem pendidikan nasional ketika muncul kelas-kelas dalam pendidikan. Belum lagi sistem sertifikasi bagi para pengajar. Bukannya mendorong peningkatan kualitas pendidikan, melainkan justru mendorong guru hanya mengumpulkan portfolio demi jabatan tinggi atau tunjangan yang lebih banyak.

Tilaar juga menangkap pembohongan publik yang diumbar melalui iklan dan jargon sekolah gratis.

Sementara itu, perguruan tinggi tidak lagi berkembang sebagai pusat pengembangan kebudayaan nasional, tetapi sebagai pusat pelatihan.

Konsep world class education dan manajemen pendidikan nasional kemudian kabur karena bukan berorientasi pada kebutuhan anak Indonesia, melainkan sekadar untuk membentuk anak mampu bersaing.

Tidak munculnya sekolah menengah kejuruan (SMK) yang sesuai dengan kebutuhan daerah menjadi salah satu buktinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar