Rabu, 05 November 2008

Mengajar Bayi Membaca


Mengajar bayi membaca memang tidak instant, jika tidak sabar, orang tua dan guru gampang marah. Maklum saat diajar, misalnya dengan membuka dan memperlihatkan gambar nama-nama benda yang ada disekitar dia terkadang bayi tidak menunjukan minat, rewel, menolak atau bahkan bermain dengan mainannya yang lain. Tentu saja kondisi seperti itu sangat tidak mendukung terwujudnya proses belajar mengajar. Lalu, apa yang mesti dilakukan oleh orang tua ? Orang tua harus sabar dan tidak boleh main paksa, itu syarat utamanya.
Jadi, kalau anak sedang tidak enak badan, Mood-nya jelek, dan sejenisnya, jangan dipaksa membaca. Selain tidak akan membuahkan hasil, apapun bentuknya, pemaksaan akan merenggut kebahagiaan anak. Apabila ini terwujud bukan mustahil anak justru akan menjadi trauma dan takut untuk belajar kembali. Dengan kata lain, kalau memang kondisinya tidak memungkinkan, tidak masalah jika proses belajar membaca anak ditunda. Syarat lain yang tidak kalah penting adalah suasana proses belajar mengajar harus gembira. Disini kegembiraan bukan hanya milik anak, tetapi juga orang tua. Kalau memang anak masih ingin main ya biarkan saja dulu. Bagaimanapun, orang tua harus mafhum, Dunia anak adalah dunia bermain. Meskipun begitu, Pengkondisian agar anak siap belajar jika saatnya sudah tiba harus tetap dilakukan. Apabila suasana hati anak sudah enak setelah bermain kondisinya mendukung untuk proses belajar, barulah orang tua memberikan pengajarannya tidak boleh kaku laiknya murid dan guru dikelas. Semua harus terasa menyenangkan sehingga anak akan menikmati proses belajarnya.
Syarat berikutnya sebaiknya dipahami orang tua adalah mereka tidak perlu mematok target tertentu. Misalnya dalam seminggu, anak harus diajari sekian puluh kata. Tak perlu kondisinya seperti apa. Pokoknya target harus tercapai. Ini pola pikir dan keinginan orang tua tetap membuat jadwal yang konsisten. Dalam halini mereka harus punya tolok ukur dan pertrimbagan , kapan anak harus tetap belajar anak bisa ditunda. Ambil jalan tengah jangan terlalu keras, tetapi jangan terlalu lemah.
(Sumber: Pikiran Rakyat 30 Des 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar