Aku bermimpi tentang seorang menteri, menteri pendidikan Republik Indonesia. Dia barusan menduduki jabatannya. Dia adalah orang muda yang idealis. Harapannya adalah memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk mengenyam pendidikan sebaik-baiknya. Siapa saja, kaya miskin tidak pandang bulu. Semua berhak mendapat pendidikan yang berkualitas.Dia juga ingin meletakkan dasar yang kokoh dalam pendidikan di sekolah-sekolah dasar. Dia percaya anak-anak adalah masa depan dan masa depan itu mesti dibangun sejak dini, salah satunya lewat sekolah. Dia percaya hanya lewat pendidikan yang baik, bangsa ini akhirnya akan bisa bangkit dari keterpurukannya dan mengejar ketinggalannya dan akhirnya duduk sejajar dengan negara-negara lain. Jika pendidikan di negeri ini sudah begitu baiknya, tidak perlu lagi orang kaya negeri ini menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri!
Dalam melakukan tugasnya, kadang dia suka –incognito- menyamar, jadi orang biasa dan pergi ke tengah-tengah masyarakat. Suatu hari dia datang ke sebuah sekolah yang terpencil di salah satu pelosok desa di Lumajang, pura-pura jualan es lilin. Tidak jauh dari Surabaya, tapi bedanya masih seperti bumi dan langit. Dia ingin melihat dari dekat situasi sekolah inpres yang berdiri di situ sejak dua tahun lalu. Dia mengamati, bertanya dan mencatat semuanya dalam benaknya. Lain hari dia datang pura-pura jadi orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Dia ingin lebih mengenal guru-guru di sekolah itu dari dekat dan ingin tahu apa saja yang meresahkan mereka. Di hari lainnya dia datang lagi, kali ini sebagai seorang menteri yang ingin berdiskusi dengan staf pengajar di sana tentang upaya penyelesaian masalah-masalah yang selama ini membebani sekolah tersebut.
Lewat diskusi tersebut terbentuk rencana untuk merenovasi sekolah yang sudah retak di sana-sini, menambah tenaga pengajar, menaikkan gaji pegawai sekolah, mengirim guru-guru untuk menambah ilmunya, melengkapi fasilitas pengajaran, memberi dana untuk membangun gedung perpustakaan dan segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung pendidikan di sekolah itu. Dan proses ini berulang setiap kali…
Begitulah..sejak itu pembangunan gedung-gedung SD selalu diawasi dengan ketat. Tidak ada lagi kesempatan untuk mengkorupsi dana yang sudah dianggarkan. Semua pengeluaran tercatat jelas dan bisa dipertanggungjawabkan. Kontraktor yang membangun gedung-gedung sekolah dasar adalah orang-orang pilihan dengan idealisme yang sama. Mereka membangun gedung-gedung dengan material berkualitas dan dasarnya kokoh sehingga tidak perlu ambruk dalam setahun. Bangunannya modern dan punya fasilitas lengkap: perpustakaan dengan komputer dan internet, fasilitas untuk ber olah raga, ruang guru yang nyaman, alat-alat pendukung pengajaran yang lengkap dan materi pengajaran yang selalu up to date.
Selain itu guru-guru juga mendapatkan gaji yang layak untuk hidup dan tidak perlu lagi cari sambilan. Mereka bisa berkonsentrasi penuh untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk murid-muridnya. Mereka sibuk menggunakan waktunya untuk menambah ilmu, membaca berita-berita baru, mengikuti perkembangan dunia lewat koran dan internet yang bisa diakses di ruang guru. Mereka aktif mencari metode-metode baru untuk menghidupkan proses belajar dan mengajar di sekolah.
Karena sekolah begitu menariknya, guru-gurunya bersemangat dan tidak membosankan, begitu pula murid-muridnya. Mereka dengan senang hati datang ke sekolah dan menemukan belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan. Belajar bukan cuma sekedar menghafal tapi sebuah proses yang mengasah hati dan otak mereka. Bukan cuma duduk manis mendengarkan tapi boleh bertanya, ngeyel dan tidak setuju.
Dan di malam hari, ketika bapak menteri selesai dengan tugas-tugasnya…dia duduk di ruang baca menikmati salah satu buku favoritnya –yang sudah berulang kali dibacanya, Rumah Kaca karangan Pramudya. Ya, buku itu sangat berarti baginya. Setiap kali dia baca, selalu saja ada hal baru yang menyentuh hatinya. Dia mengenal buku itu semasa kuliah. Dan sejak itu dia tidak bisa dipisahkan darinya. O ya, besok dia mesti menghadiri pengangkatan seorang kepala dinas di Bandung. Dia akan memberi buku ini sebagai kado buatnya!
Aku bermimpi……
Sumber: edukasi.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar