Membaca Headline di Kompas.com, Rabu 8 Desember 2010 tentang pembelajaran di sini (klik), membuat saya ingin mengomentari apa yang disampaikan oleh ketua umum PGRI, Prof. Dr. Sulistiyo. Beliau mengakui, profesionalisme atau kompetensi guru umumnya masih rendah karena guru kurang mendapat pelatihan. Senada dengan ketua PGRI, saya pun mengamini bahwa proses belajar-mengajar atau pembelajaran di sekolah kerap membosankan, dan tidak menyenangkan karena guru yang terlalu dominan di ruang kelas. Di situlah sebenarnya pelatihan guru sangat diperlukan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru. Dengan adanya pelatihan, guru dapat menerapkan metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).
Saya pun bersetuju dengan komentar bapak Fasli Jalal.
“Siswa tidak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda sehingga mematikan kreativitas siswa,” kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal dalam diskusi panel Pendidikan Profesi Guru di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Sabtu (4/12/2010).
Membaca dua komentar para pejabat di atas, saya berkeyakinan bahwa adanya pelatihan-pelatihan akan sangat membantu guru dalam mengembangkan kreativitas peserta didiknya. Sayangnya, lembaga atau organisasi guru seperti PGRI yang semestinya mengayomi guru, kurang begitu fokus dalam mengadakan pelatihan-pelatihan. Justru lembaga non PGRI seperti Ikatan Guru Indonesia (IGI) yang lebih banyak berperan dalam pelatihan-pelatihan guru. Sehingga wajar saja bila pak Sulistiyo mengakui, profesionalisme atau kompetensi guru umumnya masih rendah karena guru kurang mendapat pelatihan. Padahal pelatihan itu sangat penting agar guru mampu menemukan potensi unik siswa, dan mengembangkan kreativitasnya.