Senin, 31 Agustus 2009

Pendidikan yang Menghina Pendidikan


JUMLAH sarjana yang menganggur di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada Februari 2005, jumlah sarjana yang menganggur masih 385.400 orang. Empat tahun kemudian, yakni pada Februari 2009, jumlahnya sudah melonjak dua kali lipat menjadi 626.600 orang.

Angka pengangguran terdidik bertambah besar lagi jika digabungkan dengan pengangguran lulusan diploma yang mencapai 486.400 orang. Para penganggur terdidik itu merupakan bagian dari pengangguran terbuka secara nasional yang pada Februari 2009 mencapai 9,26 juta atau setara dengan 8,14% dari total angkatan kerja.

Pertambahan jumlah pengangguran tingkat sarjana mesti diwaspadai. Sebab setiap tahunnya Indonesia memproduksi sekitar 300.000 sarjana dari 2.900 perguruan tinggi. Semakin besarnya angka pengangguran terdidik tentu saja berdampak buruk, yakni berpotensi menimbulkan masalah sosial.

Mereka, para penganggur terdidik, bisa saja menjadi aktor intelektual kejahatan yang ada di tengah masyarakat. Selain itu, pengangguran terdidik adalah sebuah pemborosan. Bukankah negara sudah mengalokasikan 20% APBN untuk pendidikan? Alokasi anggaran yang begitu besar hanya untuk memproduksi penganggur sehingga jelas sebuah pemborosan.

Dampak buruk lainnya, ini paling serius, adalah hilangnya penghargaan dan kepercayaan masyarakat terhadap dunia pendidikan tinggi. Bukan rahasia lagi, untuk masuk ke perguruan tinggi dibutuhkan biaya selangit.

Semakin jelas sudah bahwa perguruan tinggi masih menghasilkan manusia pencari kerja. Celakanya, perencanaan pembangunan pendidikan tinggi tidak selaras dengan perkembangan lapangan kerja sehingga lulusannya tidak bisa terserap di lapangan kerja.

Perguruan tinggi harus kreatif sebab kesempatan kerja sesungguhnya masih terbuka lebar. Sektor pertanian, kelautan, perkebunan, dan perikanan adalah contoh bidang-bidang yang masih membutuhkan tenaga ahli.

Perguruan tinggi mesti mewujudkan pendidikan yang berbasis pada pasar kerja. Selain itu, untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja, perguruan tinggi sudah saatnya menambah keterampilan mahasiswa di luar bidang akademik yang mereka kuasai. Terutama keterampilan yang berkaitan dengan kewirausahaan.

Dengan demikian, perguruan tinggi bisa menghasilkan manusia pencipta lapangan kerja.

Pemerintah tentu saja tidak bisa mencuci tangan atas membengkaknya pengangguran terdidik. Pemerintah harus menciptakan lapangan kerja yang bermutu sehingga menarik minat kaum penganggur intelektual. Jangan pula para sarjana itu disuruh menjadi buruh bangunan.

Pernyataan ini, tentu, tidak dimaksudkan untuk menganggap buruh bangunan atau tukang becak sebagai pekerjaan tidak bermakna. Hanya, bila ingin menjadi tukang becak atau buruh bangunan, mengapa harus menghabiskan waktu dan dana begitu besar di perguruan tinggi?

Pemerintah, sejak dulu, tidak pernah memiliki konsep yang tegas dan terencana tentang keterkaitan antara pendidikan dan lapangan kerja. Pendidikan dilaksanakan sebagai amanat konstitusi semata.

Tidak ada mata rantai yang mengikat antara tamatan perguruan tinggi dan lapangan kerja. Kita pernah gencar dengan program link and match, sebuah konsep yang sangat betul, tetapi mati dari aplikasi.

Meningkatnya angka pengangguran tamatan perguruan tinggi mencerminkan dengan sangat jelas tentang ketersesatan program penanggulangan kemiskinan kita. Memerangi kemiskinan haruslah ditempuh melalui perluasan lapangan kerja karena pertumbuhan investasi.

Kemiskinan tidak bisa dihapus melalui bantuan langsung tunai dan sedekah negara. Pada akhirnya lonjakan pengangguran orang-orang terdidik menghina pendidikan itu sendiri.


Sumber: mediaindonesia.com

Selasa, 11 Agustus 2009

IQ Bukan Kunci Kecerdasan


Bila bicara mengenai kecerdasan seorang anak, mungkin Anda langsung akan menghubungkannya dengan Intelligence Quotient, atau yang lebih dikenal dengan IQ. IQ ini seringkali menjadi panduan kecerdasan seseorang untuk masuk sekolah atau diterima kerja. Anda sendiri pun mungkin sudah sangat akrab dengan tes-tes semacam yang bertujuan sama, yaitu mengetahui skor IQ.

Si buyung dan si upik pun saat masuk sekolah biasanya akan melewati tes IQ sebagaimana juga Anda dulu. Bila skornya cukup tinggi dan di atas rata-rata, bolehlah Anda berbangga hati. Orang tua mana sih yang tidak bangga bila tes IQ buah hatinya menunjukkan angka yang tinggi Nah bagaimana bila skor IQ-nya hanya sebatas rata-rata saja? Janganlah dulu berkecil hati, apalagi sampai menghukum si kecil yang baru saja mau masuk sekolah dengan setumpuk buku-buku pelajaran. Hidup seseorang tidak sepenuhnya bergantung pada IQ kok!

Untuk menggolongkan kecerdasan buah hati, IQ bukanlah satu-satunya patokan utama yang mendasarinya. Biasanya skor IQ hanyalah dipergunakan untuk seperti diatas biasanya adalah nilai untuk mengukur kecerdasan akademik atau IQ verbal anak, yaitu kemampuan anak untuk belajar dengan cepat dengan cara membaca dan menulis.

Setiap anak pada dasarnya adalah cerdas. Namun kecerdasan apa yang paling menonjol dari Anda berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan manusia tidak hanya meliputi kecerdasan intelektual belaka. Kecerdasan anak Anda bisa jadi termasuk dalam Multiple Intelligence . Coba perhatikan, pasti minimal salah satu dari 9 jenis kecerdasan di bawah ini ada pada buah hati Anda..

1. Linguistik Verbal
Kecerdasan yang biasanya dipakai oleh institusi pendidikan
untuk mengukur IQ seorang anak, seperti yang dijelaskan
di atas. Biasanya berkisar pada kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif.

2. Numerik
Kecerdasan yang berhubungan angka atau matematika, termasuk juga kemahiran menggunakan logika.

3. Spasial
Kecerdasan gambar dan visualisasi yang berhubungan dengan kreatifitas seperti seni dan desain.

4. Kinestetik-Jasmani
Kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan fisik seperti olahraga dan gerak pada atlet dan penari. Termasuk juga orang yang cepat belajar dengan cara melihat, menyentuh dan mengerjakan sesuatu secara langsung.

5. Naturalis
Kecerdasan yang dimiliki oleh orang yang mampu berhubungan dengan alam seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, seperti misalnya pelatih binatang.

6. Interpersonal
Kecerdasan dimana ia mampu memahami dan berkomunikasi dengan mudah dengan orang lain.

7. Intrapersonal
Kemampuan untuk mengatahui kelebihan dan kekurangan termasuk mengendalikan dan mengatur dirinya sendiri. Kecerdasan ini juga sering disebut dengan kecerdasan emosi atau emotional intelligence . Daniel Goleman , di dalam bukunya yang berjudul “Emotional Intelligence”, mengatakan bahwa kecerdasan emosi ini adalah yang terpenting dari kecerdasan yang lain.

8. Musikal
kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi, peka irama atau sekedar menikmati musik

9. Moral
kemampuan untuk memiliki nilai-nilai dan norma yang ada di masyarakat dan menerapkannya dengan baik pada keseharian.

Bukan mustahil bila buah hati Anda memiliki berbagai kecerdasan sekaligus. Jadi, berikan kesempatan anak anda untuk melakukan sebanyak mungkin kegiatan yang bervariasi, sehingga dia akan menemukan kegiatan yang paling sesuai untuk dirinya. Good luck!


Sumber: duniaanak.rawins.com

Senin, 10 Agustus 2009

PENTINGNYA BIMBINGAN BAGI SISWA


Kami mengucapkan selamat, kepada putra-putri anda yang telah berhasil memperoleh prestasi belajar yang memuaskan di tahun 2009 ini. Dan kepada yang belum semoga kelak dapat memperolehnya sesuai dengan yang diharapkan. Kepada yang telah meraih kesuksesan janganlah cepat terlena, karena sungguh sangatlah berat mempertahankan sebuah kesuksesan dibandingkan meraihnya apalagi tingkat persaingan sekarang ini yang semakin ketat. Hanya dengan belajar secara sungguh-sungguh kita akan dapat mampu mempertahankannya.

Untuk putra-putri anda yang terpaksa meperoleh prestasi kurang memuaskan, anda tak perlu kecil hati. Masih banyak peluang dan kesempatan yang dapat diraih. Dan satu-satunya jalan adalah dengan mempunyai komitmen belajar yang tinggi.

Menyadari bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting, apalagi jika melihat kondisi dunia pendidikan sekarang ini yang semakin pesat, tak ada salahnya jika kita turut bertanggung jawab tentang maju atau tidaknya mutu pendidikan terutama kepada putra-putri kita. Pendidikan bukanlah tanggung jawab dari Pemerintah semata melainkan masyarakat yang terutama bagi mereka yang bergerak dalam dunia pendidikan.

Berkaitan dengan hal tersebut, kami (Bimbingan Belajar dan Komputer "Study Intensive Plus" _ BBK-SIP) sebagai salah satu dari ribuan bahkan jutaan pihak yang tentunya mempunyai satu tujuan yang sama, tidak menghendaki kemerosotan bahkan kehancuran terutama dalam hal kualitas pendidikan karena kurangnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan, menawarkan untuk segera bergabung bersama kami.

Sekedar informasi, dari beberapa program yang kami gulirkan, Alhamdulillah, dari keseluruhan siswa yang mengikutinya bisa mendapatkan hasil-hasil yang terbaik. Untuk itu, Marilah kita mantapkan langkah demi tercapainya hari esok yang lebih cerah melalui pendidikan yang ramah. (*)