Minggu, 29 Agustus 2010

MENJADI GURU INSPIRATIF

Peran Guru sebagai seorang pendidik selalu di lekatkan dengan perubahan dan pembangunan sebuah masyarakat dan Negara. Bagaimana wajah sebuah masyarakat di bangun, semua itu tergantung pada seperti apa para guru mengukirnya. Maka guru hendaknya memposisikan diri sebagai seorang pendidik, bukan hanya sebagai seorang pengajar. Karena fungsi guru sebagai arsitek peradaban terlalu kecil jika di fahami hanya sebagai pengajar yang sebatas mentransfer ilmu saja. Guru harus mampu menjadi seorang pendidik yang selain melakukan transfer ilmu, juga membimbing anak didik supaya memiliki kepribadian yang baik. Inti dari tujuan pendidikan adalah adanya perubahan perilaku.

Sebagai seorang pendidik, guru harus memiliki karakter inspiratif. Artinya, semua perkataan ataupun kepribadian guru harus mampu mendorong siswa untuk melakukan hal-hal yang positif. Berikut ini adalah beberapa tips untuk para guru supaya memiliki pengaruh inspiratif bagi anak anak didiknya:

1. Memberikan keteladanan. Yaitu bagaimana seorang guru selalu mencontohkan setiap apa yang diajarkan kepada anak didiknya. Ketika guru menyuruh anak-anak untuk rajin belajar, maka ia juga harus mampu memberikan contoh tersebut. Bayangkan apabila seorang guru selalu memperlihatkan diri ketika sedang belajar di depan anak-anak didiknya. Hingga ketika anak-anak ditanya “dimana pak guru?” mereka lantas menjawab “pak guru sedang belajar..”. Hal ini tentu akan memberikan motivasi yang sangat kuat pada diri siswa untuk selalu belajar. Karena mereka selalu melihat dengan jelas pak gurunya yang sedang belajar. Bahkan bisa jadi di alam bawah sadar mereka selalu terbayang tentang pak gurunya yang sedang belajar. Dengan keteladanan tersebut, anak-anak akan lebih mudah untuk melaksanakan apa yang di perintahkan oleh guru.

Antiklimaks Popularitas Sekolah

Melalui buku Deschooling Society, Ivan Illich pernah menyampaikan kritik pedas pada lembaga bernama sekolah sekaligus memotori gerakan untuk menjauhi lembaga itu. Katanya, sekolah wajib dijauhi karena hanya menjadi panggung orang-orang kaya untuk mempertontonkan dominasinya. Meski diungkapkan sebelum sekolah bermetamorfosis seperti saat ini dan terkesan hiperbolis, beberapa kekhawatiran tentang sekolah ternyata masih dapat kita rasakan.

Pada penerimaan peserta didik (PPD) awal Juli lalu, kekhawatiran yang Illich sampaikan tampak semakin nyata. Seleksi masuk sekolah ternyata telah berubah menjadi kompetisi yang melibatkan berbagai kepentingan. Kompetisi dirancang dengan sedemikian rupa supaya pendidikan menjadi hak kalangan tertentu.

Pertama, sejumlah sekolah memberikan tambahan skor bagi calon siswa yang orangtuanya bekerja di sekolah bersangkutan. Karena orangtua dianggap memiliki jasa terhadap sekolah, sang anak berhak mendapatkan reward. Kedua, ada sekolah yang memberikan skor tambahan bagi calon siswa yang tinggal di sekitar sekolah. Barangkali tujuannya agar sekolah terakses masyarakat setempat sehingga hubungan baik antara sekolah dan masyarakat dapat dijaga.

Kamis, 26 Agustus 2010

Bisakah Mengaktifkan Otak Tengah Bikin Anak Jenius?

Jakarta, Detik Health. Einstein memiliki imajinasi 3 dimensi yang tinggi. Dengan duduk melamun ia bisa menciptakan sebuah teori relativitas yang luar biasa. Apa yang membuat Einstein bisa jenius? Benarkah dengan mengaktifkan otak tengah membuat anak bisa jenius?

Dokter spesialis saraf dr Andreas Harry, SpS(K) mengakui kini banyak orangtua yang mengikutkan anaknya untuk pelatihan otak tengah atau aktivasi otak tengah.

Tapi menurutnya, jika yang menjadi tujuan adalah anak menjadi jenius sebenarnya bagian otak yang sangat berperan adalah otak besar bagian luar di wilayah korteks parietal.

Seperti halnya Einstein, ia memiliki korteks parietal yang 1 cm lebih besar dibandingkan dengan orang normal dan memiliki ukuran yang sama besar antara kiri dan kanan. Sedangkan pada orang normal umumnya bagian korteks parietal kiri lebih besar dari kanan.

Hal inilah yang membuat Einstein memiliki imajinasi 3 dimensi yang tinggi. Penemuan ini baru diketahui tahun 1999 seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Selasa, 24 Agustus 2010

Baru Sebagian Sekolah Penuhi SPM

JAKARTA. Wakil Mendiknas Fasli Jalal mengatakan pemerintah akan melakukan identifikasi SD/ /MI dan SMP/MTs baik negeri maupun swasta yang telah melaksanakan standar pelayanan minimal (SPM) pendidikan dasar sebagai bagian dari upaya penjaminan mutu pendidikan di Tanah Air.

”Saat ini masih sebagian kecil saja sekolah yang sudah memenuhi indikator 12 standar pelayanan minimal pendidikan dasar, padahal total jumlah SD dan SMP di Indonesia sebanyak 12.000 sehingga Kemdiknas dan pemerintah daerah perlu bekerja keras untuk memenuhinya,” kata Fasli Jalal kepada pers usai membuka Seminar Standar Pelayanan Minimal Dikdas di Jakarta, Selasa (24/8).

Kemdiknas ingin memastikan seluruh siswa usia pendidikan dasar di mana saja mereka bersekolah harus memperoleh standar pelayanan minimal yang berada pada kewenangan pemerintah daerah sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah.

LANDASAN-LANDASAN PENDIDIKAN

Apabila kita membangun sebuah bangunan katakanlah rumah, yang diperhatikan pertama-tama adalah fondasinya. Apabila fondasinya kuat dan bagus maka akan sangat berpengaruh sekali terhadap kualitas rumah tadi. Begitu juga sebaliknya apabila fondasinya kurang bahkan tidak kuat bisa kita tebak bagaimana jadinya? Dalam perjalanan dunia pendidikan pun demikian, walaupun benda mati dapat dijadikan iktibar atau gambaran dalam pendidikan. Pendidikan dapat berjalan dengan bagus apabila ditegakkan dengan beberapa landasan:

1. Pendidikan tunduk pada kaidah-kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak

Dalam mendidik anak perlu diperhatikan taraf-taraf perkembangan, bakat-bakat serta kecenderungannya. Suatu pendidikan tak kan bisa berhasil tanpa memperhatikan proses perkembangan tersebut, bahkan malah mungkin akan membawa mudharat.

Para ahli pendidikan telah mengungkapkan fase-fase perkembangan anak. Pada fase permulaan, yaitu sejak bayi lahir sampai kurang lebih enam tahun. Dalam fase ini perilaku anak senantiasa didasarkan pada enak dan tidak enak. Bila suatu pengalaman dirasakan enak, maka akan diulanginya, tetapi apabila dirasakan tidak enak, ia akan menghindarinya. Oleh karena itu, anak yang berusia di bawah enam tahun selalu ingin tahu segala sesuatu dengan jalan meraba atau memasukkannya ke dalam mulut dll.

Guruku Baru Berusia Dua Tahun

Tadi pagi ketika saya sedang bersiap-siap akan berangkat ke tempat kerja, tiba-tiba teringat kalau pagi itu saya juga harus mengirim naskah ke sebuah penerbit di Bandung. Keadaan ini sempat saya kelabakan. Bagaimana tidak. Pagi itu waktu sudah menunjukkan pukul 05. 15 dan saya sudah harus tiba di tempat kerja selambat-lambatnya pukul 06. 30. Sementara saya juga harus segera mencetak naskah yang masih tertumpuk dalam hardisk.

Mau tidak mau akhirnya saya putuskan untuk mencetak naskah lebih dulu meski dengan sangat terburu-buru. Kunyalakan printer dan saya siap mencetak naskah itu. Tapi datang lagi masalah baru. Printer tiba-tiba ngambek dan tak mau bergerak. Ketika saya cek ternyata di layar monitor tertera tulisan ‘Printer ink is empty’. “Lho. Kenapa kosong? Padahal semalam baru saja di isi ulang”.

Saya mulai panik. Saya tambah ingin segera meledakkan amarah ketika anak saya yang paling kecil (usia 2 tahun) ikut memencet-mencet tombol keyboard dan menari-narik kertas di laci printer. Si kecil juga menarik tutup yang di dalamnya terdapat cartridge. Saya sempat membentak si kecil, “Jangan ditarik, adik!”. Tapi setelah penutup itu saya rapatkan, tida-tiba printer me-restart diri. Selanjutnya ia tampak sedang memproses pengeprinan. Setelah saya tengok, ternyata yang keluar adalah naskah yang memang saya mau cetak.

Senin, 23 Agustus 2010

Ngabuburit Sambil Berwirausaha

Jujur dikatakan bahwa ibadah puasa di tahun ini lebih terasa panas. Tetapi hal ini bukan menjadi penghalang kekhusyukan masyarakat untuk menjalani ibadah puasa. Justru kesalehan individual dan kesalehan sosial lebih terasa nampak di dalam komunitas masyarakat. Secara inhern dan tanpa dikomando, geliat kolektivitas umat muncul dengan berbagai bentuknya berbarengan dengan datangnya bulan Ramadan. 

Masjid-masjid menjadi lebih bersih, lebih semarak, dan jemaahnya lebih banyak. Jam 03.00 WIB masyarakat rela bangun untuk makan sahur secara bersamaan, dan ketika magrib datang, mereka secara bersamaan juga menyegerakan untuk berbuka. Salah satu aktivitas yang patut dicermati dan tiba-tiba menjamur di bulan puasa ini adalah banyaknya penjual di tepi jalan yang hadir di sore hari dengan menu jualan yang berupa makanan atau minuman untuk keperluan berbuka. Mereka mendadak terbangun jiwa entrepreneur atau kewirausahaan-nya untuk mengadang orang-orang yang ngabuburit di bulan puasa ini.

Ngabuburit

Istilah ngabuburit menjadi akrab di telinga bersamaan dengan hadirnya bulan puasa. Istilah ini jika ditelusuri merupakan istilah dalam bahasa Sunda yang artinya adalah aktivitas sore hari menunggu waktu magrib tiba. Ngabuburit ini bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa pandang bulu, baik itu laki-laki atau wanita, tua atau muda, kaya atau miskin dan seterusnya. Aktivitas menunggu waktu berbuka atau waktu dikumandangkan azan magrib sangatlah bermacam-macam sesuai selera dan pilihan orang yang berpuasa.

Kamis, 19 Agustus 2010

Ravik: RSBI/SBI ancam nasionalisme bangsa

Solo (Espos). Implementasi pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) mengancam nasionalisme bangsa.

Hal tersebut yang kini perlu diwaspadai dengan maraknya sekolah dengan progran RSBI/SBI. Menurut Pengamat pendidikan Prof Dr Ravik Karsidi, MS pengaruh budaya asing yang digunakan sebagai acuan dasar program RSBI maupun SBI bisa menggerogoti nasionalisme.

“Simbol-simbol budaya asing banyak diperkenalkan daripada budaya sendiri. Inilah yang perlu diwaspadai terjadi unnasionalism dengan ilplementasi RSBI/SBI terhadap budaya asing,”
katanya ketika dijumpai di ruang kerjanya, Kamis (19/8).

Selasa, 17 Agustus 2010

Asyiknya Berhitung Mapel Fisika...

Kegemarannya dalam berhitung serta kecintaan terhadap mata pelajaran (mapel) Fisika membuatnya bisa berkeliling Indonesia. Selain itu, mampu mengantongi berbagai macam prestasi pada kompetisi-kompetisi pelajaran eksata khususnya Matematika dan Fisika.

Dia adalah Gautama Wicaksono (16), siswa kelas XI IPA SMA Regina Pacis Surakarta. Pada tanggal 1-7 Agustus lalu, remaja dari empat bersaudara ini mengikuti lomba mata pelajaran Fisika hingga mampu menyabet gelar juara serta berhasil meraih medali perak ke-7 dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Medan, Sumatra Utara.

Sebelumnya, Gautama juga pernah meraih juara I nasional lomba Fisika yang bertajuk Best Experiment Top Challenge of Physics di UGM, Yogyakarta.

Dana BOS tak lagi lewat Kemendiknas mulai 2011

Jakarta. Pemerintah akan menyalurkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara langsung ke daerah-daerah, tidak lagi melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas).

Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan mulai tahun 2011 ini, pemerintah merencanakan untuk realokasi anggaran untuk dana BOS. Selama ini, lanjut Agus Marto, alokasi dana BOS melalui anggaran Kementerian Pendidikan Nasional tetapi akan dipindahkan menjadi bagian dari anggaran transfer ke daerah pada tahun depan.

“O iya, dana bos dialokasikan langsung ke daerah jadi tidak melalui Kemendiknas, itu sebesar Rp 16 triliun,” ujarnya saat ditemui di Lingkungan Kementerian Keuangan, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (17/8).

Anggaran pendidikan 2011 tetap 20% dari APBN

Jakarta. Nominal anggaran pendidikan dalam RAPBN 2011 jauh menurun dibanding dalam APBN 2010. Penurunan tersebut disebabkan perubahan mekanisme penyaluran dana dari sentralisasi di Kemendiknas menjadi langsung ke daerah-daerah.
“Jadi totalnya tidak mungkin turun, tetap 20% dari APBN dong,” ujar Mendiknas M Nuh usai upacara puncak peringatan HUT ke-65 RI di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (17/8).

Di dalam pidato nota pengantar RAPBN 2011 yang Presiden SBY bacakan di hadapan parlemen, terungkap pos anggaran pendidikan mendapat alokasi dana sekitar Rp 50,3 trilyun. Sedangkan di dalam APBN 2010 nilainya kurang lebih Rp 60 triliun.

Kamis, 12 Agustus 2010

Mencegah Bau Mulut Saat Puasa

VIVAnews. Selama menjalankan ibadah puasa, masalah bau mulut seringkali menimbulkan ketidaknyamanan. Masalah yang kerap terjadi menjadi hambatan dalam pergaulan dan membuat minder.

Saat berpuasa, produksi air liur dalam mulut dan dalam saluran pencernaan berkurang sehingga menjadi lebih kering. Akibatnya timbul halitosis atau bau mulut.

Bau mulut juga dapat disebabkan penyakit sistemis seperti liver, lambung, saluran pernapasan serta ginjal akut. Sedangkan penyakit gigi dan mulut penyebab napas tak segar di antaranya gigi berlubang, radang gusi, gingivitis karena karang gigi, dan periodontitis.

Otak manusia mampu hasilkan lebih banyak electrical impulses

Solo (Espos). Brain gym atau senam otak dinilai efektif untuk mempersiapkan anak memperoleh ketrampilan koordinasi dan berpikir yang spesifik dalam kegiatan belajar mengajar.

Salah satu anggota Tim P3IK Kementerian Kesehatan Dr. Adre Mayza SpS menjelaskan otak manusia mampu menghasilkan lebih banyak electrical impulses dibandingkan semua telepon di dunia. Hal ini karena energi yang digunakan oleh otak diibaratkan cukup untuk menyalakan bola lampu 25 watt.

“Otak kira-kira 2% dari total berat badan manusia, tapi menggunakan 20% dari energi tubuh yang ada,”
jelas Adre dalam seminar nasional Pendidikan Kesehatan dengan tema “Meningkatkan Kecerdasan Anak Melalui Praktek Ketrampilan Mengelola Otak”, Kamis (5/8) di Hotel Sahid Jaya.

Selasa, 10 Agustus 2010

Melek Aksara & Melek Pendidikan

Tahun 2008 lalu, Kota Solo telah mencanangkan diri sebagai kota yang telah bebas dari buta aksara. Dari total jumlah penduduk Kota Solo Sebanyak 500.000 orang, hanya terdapat sekitar lima persen yang masih menyandang buta aksara.

Dalam lima tahun terakhir, penurunan jumlah penyandang buta aksara di Solo memang terhitung cukup tinggi. Jika pada 2005 lalu jumlah penduduk yang masih buta aksara sebanyak 7.112 orang, pada tahun 2008 turun menjadi 3.460 orang. Setahun berikutnya, jumlahnya tinggal 360 orang. Oleh karena itu Pemkot Solo berani menargetkan, pada tahun 2010 ini, Kota Solo sudah harus bebas buta aksara murni.

Jika fakta di atas dilihat secara leterlek, maka sebenarnya persoalan pemberantasan buta aksara di Kota Solo sudah selesai. Artinya, pemberantasan buta aksara telah menjadi klimaks dari sebuah proses. Padahal dari sinilah sebenarnya sebuah proses pendidikan itu dimulai.

Maka tulisan ini perlu dimulai dari kesepakatan atas logika yang sebaliknya. Bahwa pemberantasan buta aksara bukan sebagai akhir, melainkan awal dari sebuah proses. Berpijak pada logika tersebut muncul satu persoalan baru: apa dan seberapa besar makna keterbebasan masyarakat Kota Solo dari buta aksara bagi proses pendidikan anak saat ini dan ke depan?

Multimelek Aksara di Abad 21

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) terus menjadi perbincangan di negeri ini. Biasanya terkait isu biaya sekolah yang melambung tinggi dan sedikit siswa yang dapat mengakses sekolah semacam ini. Siswa pandai dari keluarga tak mampu sungguh tidak beruntung. Namun RSBI/SBI yang dipersoalkan ini jarang dikaitkan dengan isu kemampuan multimelek aksara yang dibutuhkan abad 21.

Kegiatan “membaca” di abad ini bukan hanya sebatas membaca buku-buku cetakan. Buku versi elektronik (e-book) sangat tersedia di jejaring internet. Bangsa-bangsa maju telah dan terus menggunakan material elektronik dan digital termasuk kemudahan akses dan fleksibilitasnya. Materi-materi elektronik dapat memasukkan unsur-unsur multimedia, seperti suara dan video klip yang tidak dapat dihadirkan dalam buku-buku cetakan.

Semua ini berkontribusi bagi pertumbuhan e-book dan e-journal di berbagai perpustakaan di seluruh dunia. Di kota-kota super sibuk seperti Hongkong, ruang yang nyaman bagi perpustakaan digital merupakan alasan paling menarik mengapa terdorong untuk membaca versi elektronik dari publikasi.

Pada saat yang sama, perpustakaan-perpustakaan yang terdorong menggunakan sumber-sumber digital masih merupakan isu yang asing. Sehingga akseptabilitas penggunaan sumber-sumber digital ini masih perlu memperoleh perhatian.

Dominasi Media terhadap Anak

Peringatan Hari Anak Nasional memang telah lewat 23 Juli lalu. Demikian pula peringatan Hari Tanpa Televisi telah lewat dua hari setelahnya. Namun pembicaraan yang menyangkut anak dan terpaan media, seakan tiada habisnya.

Masa anak-anak (6-14 tahun) adalah masa di mana terjadi perkembangan secara cepat. Mulai dari pertumbuhan badan dan yang paling penting adalah perkembangan otak. Di masa inilah para orangtua memberikan nutrisi terbaik bagi buah hatinya. Anak-anak menjadi selalu ingin tahu segala sesuatunya, jadi peran orangtua sangat dibutuhkan. Para orangtua hendaklah mengawasi dan menjaga buah hatinya saat belajar mengenal suatu hal.

Pada era globalisasi sekarang ini, dampak yang diakibatkan tidak hanya pada masyarakat luas, tetapi sudah menjangkau anak-anak. Sebagai salah satu contoh era globalisasi adalah terjadi peningkatan teknologi informasi secara pesat. Teknologi informasi bisa bermacam-macam mulai dari radio, televisi, handphone, dan internet. Perkembangan teknologi tidak selalu menguntungkan dan tidak pula selalu merugikan.

Revitalisasi Pendidikan Moral untuk Bangsa

Hari-hari ini ruang publik kita dipenuhi berita dan informasi yang menyentakkan kembali kesadaran kita akan fondasi karakter dan moralitas kita sebagai bangsa. Parade korupsi, malapraktik administrasi, pergaulan bebas, narkoba, dan yang paling santer adalah soal praktik pornografi di kalangan selebritis. Di antara praktik dekadensi tersebut menyembul harapan besar akan revitalisasi peran pendidikan sebagai pembentuk karakter dan moralitas bangsa.
Visi Pendidikan

Tujuan utama pendidikan adalah menyemai karakter bangsa yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Dalam hal ini pendidikan dimaknai sebagai proses belajar dan adaptasi secara terus-menerus terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita luhur masyarakat dan diorientasikan untuk menghadapi tantangan eksternal.

Salah satu karakter budaya kuat bangsa Indonesia adalah pengamalan dan sikap berpegang teguh atas nilai-nilai religiusitas dan moral dalam dimensi kehidupan. Indonesia sejak zaman nenek moyang demikian menjunjung tinggi nilai moral, budaya, dan agama dan ini terjadi di hampir semua suku bangsa yang tercermin dalam adat istiadat yang mereka lakukan.