Senin, 26 Juli 2010

Pendidikan Bukan Barang Dagangan

Jakarta. Mari kita melihat bagaimana dunia Pendidikan kita pada hari-hari ke depan setelah berbagai proses mulai dari ujian nasional hingga ujian yang bersifat lokal. Sebelumnya ucapan selamat untuk siswa-siswi terbaik dengan nilai memuaskan. Apabila demikian timbul pertanyaan apakah dunia pendidikan kita masih memprihatinkan?

Mungkin jawabanya kita kembalikan ke diri kita sendiri. Untuk masa depan anak bangsa, yang harus disesuaikan, diubah: turunkan harga biaya pendidikan di Indonesia.

Tingkat lanjutan dan tinggi. Pendidikan untuk seluruh Masyarakat. Bukan untuk Masyarakat tertentu. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan masyarakat. Harus dikaji kembali mengenai otonomi dunia Pendidikan. Tingginya biaya dunia pendidikan kadang membuat kekhawatiran di masyarakat akankah kemungkinan meningkatnya antara lain kriminal-kriminal muda? Apa iya demikian? Ini harus menjadi perhatian kita bersama.

Rabu, 14 Juli 2010

Pelajar Indonesia juara kompetisi matematika dunia

Tangerang. Tim pelajar Indonesia tampil sebagai juara pada Primary Mathemtatics World Contest ke-13 (PMWC) di Po Leung Kuk, Hong Kng, 10-14 Juli 2010, sekaligus meraih satu medali emas dan empat perak.

PMWC merupakan ajang kompetisi matematika tingkat dunia yang diperuntukkan bagi siswa dengan jenjang grade 9 atau tingkat SD hingga SMP. Tahun ini, PMWC diikuti 176 siswa yang terdiri atas 44 tim dari 14 negara, yaitu Bulgaria, China, Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia, Macau, Filipina, Rusia, Singapura, Afrika Selatan, Taiwan, Thailand, dan AS.

“Tahun 2010 ini untuk keempatkalinya Indonesia mengikuti PMWC. Prestasi yang diraih tim Indonesia tahun ini memang menurun dalam perolehan medali, karena tahun lalu Indonesia berhasil meraih empat medali emas, namun ada di peringkat dua,”
kata Direktur Pembinaan TK/SD Kemdiknas, Mudjito, saat menyambut kepulangan tim di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Rabu (14/7) malam.

Guru harus kaya metode belajar

Solo (Espos). Tenaga pendidik dituntut untuk mampu menguasai beragam metode penyampaian belajar sehingga penyelenggaraan kegiatan pendidikan dapat dikemas secara menarik dan sanggup menumbuhkan daya kreatif siswa.

Hal tersebut diungkapkan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Prof Dr Furqon Hidayatullah. Dia mengatakan, tuntutan kebutuhan pendidikan di lingkungan masyarakat demikian beragam sehingga hal tersebut mempengaruhi perubahan gaya belajar siswa. Menurutnya, siswa dituntut untuk aktif melakukan kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, dalam hal ini seorang tenaga pendidik bersifat sebagai fasilitator. Artinya guru hanya berperan untuk mengarahkan kegiatan positif yang dilakukan oleh siswa.

“Pembelajaran secara aktif sudah mulai dikembangkan di sejumlah sekolah sehingga peran siswa dalam kegiatan belajar jauh lebih dominan,” jelas dia ketika dijumpai di ruang kerjanya, Rabu (7/7).

Kurikulum Pendidikan Dasar Kita

Tahun ini merupakan tahun ke empat saya dibuat terkaget-kaget dengan isi buku pelajaran anak saya. Pada saat memberi sampul plastik buku PKN kelas 4 Sekolah Dasar itu, saya dibuat takjub dengan materi yang diberikan. Murid kelas 4 SD sudah harus belajar sistim pemerintahan mulai dari tingkat RT, RW, Kelurahan/ Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, ditambah lagi lembaga Negara sampai Mahkamah Agung, Komisi Yudisial dll, bukan main….!

Belum hilang rasa kaget saya dengan materi pelajaran itu, tadi malam saya dibuat bingung lagi dengan anak saya itu. Baru hari ke dua masuk sekolah, dia minta ijin untuk bolos esok hari, dengan memelas, pliissss ma…, hanya satu hari untuk semester ini, bujuknya sambil mulai nangis. Selidik punya selidik, ternyata dapat PR Sains menggambar seluruh rangka manusia, mulai dari tengkorak dan anggota gerak, lengkap dengan namanya dan dihafalkan pula!

Karena penasaran akhirnya saya membuka web site diknas, mencoba mencari kurikulum sekolah dasar, tapi sayang tidak bisa dibuka, isinya hanya mata pelajaran yang wajib diajarkan untuk pendidikan dasar dan menengah, tidak ada GBPP atau semacamnya. Saya jadi mikir sendiri, apa memang kurikulumnya seperti itu, atau hanya akal-akalan dari penerbit saja.

Berpikir Positif Versus Budi Pekerti

Dari sisi berpikir positifnya memang baik, namun berpikir positif yang dimengerti sekarang lebih banyak menjerumuskan orang ke arah kejatuhan mental yang lebih dalam. Siapa yang bisa menjawab kalau seseorang sudah berpikir positif sejak kecil namun sampai tua hidupnya susah? Pasti setiap orang menyalahkan orang itu.

Berpikir positif baik untuk yang perlu dan cocok. Namun ada bagian lain sifat manusia ditempa bukan dengan cara memaksakan kepositifan atas kejadian negative dalam hidupnya. Inilah kelemahan berpikir positif, membuat banyak orang berharap besar akan kejadian positif yang belum tentu terjadi. Maka perlu ada pelajaran Budi Pekerti untuk memahami jalan hidup seperti itu.

Budi Pekerti tidak mengajarkan berpikir positif, namun mengajarkan hikmah positif di balik setiap kejadian yang terjadi. Nah, bila yang dituju adalah menemukan hikmah positif, maka orang akan diajarkan semakin kuat menghadapi apapun. Jadi walau harapannya tidak terjadi, tetap saja jiwanya semakin kuat memastikan langkah. Maka di kalangan ajaran Jawa kuno, ada istilah ‘nrimo’, terlihat bahasanya sederhana, namun pendalamannya sungguh susah. Nrimo artinya menerima segala hal yang terjadi sebagai berkah dan karunia dari Tuhan Sang Pemilik Kehidupan.

Mengasah Alat Pikir

Sungguh menyesakkan di dalam hati dan pikiran jika kita mencermati begitu banyak pelaksanaan pembelajaran yang hanya penjejalan materi, memorizing, dan otomatisasi siswa dalam mengerjakan soal tanpa mengetahui bagaimana jalan ceritanya sehingga jawaban diperoleh. Namun, budaya siap saji di gelombang masa industrialisasi yang berciri time is money berujung pada pragmatisme di hampir segala sendi kehidupan!

Coba tengok, di awal tahun ini bimibingan tes mulai menawarkan paket-paket untuk masuk perguruan tinggi dengan teknik menjawab cepat, teknik-teknik bekerja cepat, tetapi mereka tidak mengetahui bagaimananya, meskipun jawabannya benar! Demikian pula, anak-anak kelas VI telah mulai pemanasan memorizing dengan menyiapkan berbagai macam kumpulan soal tahun-tahun lalu, bahkan jadwal mulai disusun untuk les-les persiapan UAN dan USBN!

Anak telah terkondisi untuk memperoleh hasil, tanpa mempertimbangkan ada hal lain yang jauh lebih penting dan mendasar, yaitu “Mengasah Alat Pikir”. Dan alat-alat pikir inilah sebenarnya yang digunakan anak dalam kehidupan nyata kelak!

Menciptakan Anak-anak Bahagia

Kita sering tidak sadari kita berucap dan bertindak senantiasa diperhatikan anak, direkam, bahkan sampai direprodukti (ditiru). Tentu bila ucapan dan perilaku ini masih dalam rentang kseukaan sampai netral. Namun bila apa yang kita ucap dan lakukan bersentuhan dengan rentang netral sampai ketidaksukaan mereka, maka sebenarnya hal itu adalah benih-benih ketidakbahagiaan. Ketidakbahagiaan itu akan tertanam dalam sanubarinya dan menjadi faktor yang mempengaruhi kehidupannya kelak sebagai orang dewasa.

Persoalannya bagaimana kita sedini mungkin mencegah berbagai produk ucapan dan tindakan kita tidak menjadi faktor ketidakkebahagiaan, sebaliknya bagaimana kita menciptakan kondisi yang menciptakan anak yang bahagia kini dan nanti dikehidupannya kelak!

Kita sering kagum kepada Romy Rafael, Uya Kuya, dan sekelompokknya yang mampu menghipnotis seseorang atau sekelompok orang. Namun tidak kita sadari, kita ini ahli menghipnotis anak-anak kita dan murid-murid kita. Dan apakah kita sadari, bahwa kita penghipnotis yang baik! Jika kita ini idola anak, maka prosesi hipnotis ini akan berjalan begitu lancar mempengaruhi anak dan murid kita dan itu berjalan begitu tenang dan terus menerus yang terekam dalam pikiran anak. Rekaman-rekaman ini lama-kelamaan menjadi persepsi, nilai diri, keyakinan, bahkan menjadi chemata atau struktur psikologis yang menjadi arah kehidupan individu!

Senin, 12 Juli 2010

Untuk Melindungi Anak, Facebook Memasang Tombol Panik

Metrotvnews.com, Jakarta. Facebook meluncurkan aplikasi "tombol panik" pada situs jejaring sosial itu untuk melindungi pengguna golongan anak dan remaja. Tombol ini bila diklik akan melaporkan setiap upaya pelecehan seksual ke Pusat Perlindungan Eksploitasi Anak (CEOP) dan tim Facebook.

Aplikasi itu juga akan muncul pada laman anak dan para remaja itu dengan menginformasikan bahwa "mereka terlindungi secara online." Peluncuran dilakukan menyusul debat berbulan-bulan CEOP dan Facebook yang awalnya menolak ide tersebut. CEOP, lembaga penegakan hukum di bawah kewenangan pemerintah, ditugaskan melacak pelaku pelecehan seks online, menuntut "tombol panik" dipasang di semua jejaring sosial sejak November lalu.

Jangan Izinkan Anak Anda Facebookan!

INILAH.COM, Jakarta. Penculikan anak lewat Facebook belakangan ini makin marak. Dari sisi kejiwaan psikolog menilai anak-anak tak perlu Facebookan karena lebih banyak sisi negatifnya.

Psikolog Dadang Hawari menilai Facebook bukan untuk anak-anak karena bisa mendorong perilaku-perilaku yang tidak seharusnya dilakukan pada usia tertentu. “Kalo menurut saya Facebook itu tidak boleh, untuk apa membuka Facebook,” kata Dadang di Jakarta, kemarin.

Ia mencontohkan beberapa waktu lalu ada kasus anak yang lari dari rumah hanya untuk bertemu dengan teman Facebooknya. Padahal sebelumnya sama sekali belum kenal. “Peristiwa itu tidak menutup kemungkinan akan merembet ke kasus-kasus baru lainnya,” katanya.

Penggiat anak Muhammad Jonny mengatakan Facebook seperti pedang bermata dua. Di satu sisi bisa sangat berguna bagi orang banyak. Tapi bila tidak digunakan secara bijak akan menimbulkan masalah. “Rule orang tua sebagai protector anak-anaknya seharusnya lebih ditingkatkan lagi dengan bersikap edukatif,” paparnya.

Konsep Penerimaan Siswa Baru, Sebuah Paradigma Yang Manusiawi

Betapa banyak kekecewaan, kesal bahkan marah dari banyak orangtua yang putra putrinya gagal memasuki sekolah pada tahun ajaran baru ini. Baik sekolah yang dituju adalah sekolah negeri atau swasta. Pada sisi lain, terjadi pembentukan kaki-kaki negatif pada ‘self image’ anak atau konsep diri anak. Perasaan ‘bodoh’, ‘lemah’, ‘kalah bersaing’, ‘lebih baik anak lain daripada aku’, dan jutaan lagi perasaan negatif yang terjadi pada diri anak-anak kita. Bayangkan kalau peruntuhan kepercayaan diri ini terjadi setiap tahun di negeri ini.

Berikut ini beberapa pernyataan yang menimbulkan gema kekecewaan tersebut:
“Maaf anak ibu/bapak belum dapat di terima di SD ini, sebab dari hasil tes kematangannya, dia belum matang”.

“Maaf anak ibu/bapak belum dapat bergabung di SD ini, sebab masih belum bisa membaca dengan cepat, kami kuatir nanti anak ini tertinggal dengan anak yang lain”.

“Maaf anak ibu/bapak belum dapat diterima di SD ini, sebab belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik”.

“Maaf anak ibu/bapak tidak diterima masuk ke SMP/SMA ini, sebab nilai NEM nya kurang, sayang sekali hanya kurang 0.5”.

“Maaf anak ibu/bapak belum bisa menjadi siswa SMP/SMA ini, sebab dari hasil psikotes kami, kemampuan anak ini di bawah rata-rata”.

“Maaf anak ibu/bapak belum dapat diterima di SMP/SMA ini, sebab tes kemampuan kognitif anak ibu hanya 7.4. Sekolah ini menerima siswa yang hasil tesnya 7.5 ke atas”.

“Maaf, kami tidak menerima anak-anak yang berkebutuhan khusus, mungkin bisa di sekolah lain saja”.

Minggu, 11 Juli 2010

7 Cara Meningkatkan Kemampuan Baca Anak

Jakarta. Waktunya masuk sekolah adalah waktunya anak-anak kembali belajar. Anak-anak yang baru masuk sekolah biasanya belum begitu lancar membaca. Karena itu tak ada salahnya untuk melatih keterampilan ini sejak anak belum masuk sekolah dasar.

Membaca adalah salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh anak, untuk mengasah kemampuannya dibutuhkan latihan. Karena itu ketahui trik-trik apa saja yang harus dilakukan orangtua untuk meningkatkan kemampuan membaca anak?

Dikutip dari Livestrong, Senin (12/7/2010) ada beberapa tips yang bisa dilakukan orangtua untuk meningkatkan keterampilan membaca anak, yaitu:

Guru adalah Faktor Kunci

SOLO. Guru merupakan faktor kunci dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu para pahlawan tanpa tanda jasa ini dituntut untuk memberikan metode pengajaran yang inovatif agar anak didik tertarik.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, menjadi guru merupakan amanah di dalam dunia pendidikan.

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyampaikan pada wartawan, Rabu (7/7) perlu adanya sistem mengajar yang menarik.

“Pendidikan akademis dan spriritual harus seimbang”

Solo (Espos). Lembaga pendidikan tidak hanya membekali mahasiswa maupun murid dengan ragam pembelajaran akademik, namun demikian sekolah harus mampu menyeimbangan kebutuhan spiritual.

Demikian wejangan yang disampaikan oleh Ketua Pendiri dan Pembina Yayasan Sahid Jaya, Prof Dr Sukamdani Sahid Gitosardjono didampingi Juliah Sukamdani pada acara peresmian perluasan gedung SMK Sahid, ruang kelas Universitas Sahid dan musala, di SMK Sahid, Kamis (8/7). Dia mengatakan, pemberian materi pendidikan yang tidak dilandasi watak moral serta kepribadian yang kuat maka siswa tersebut akan mudah terombang-ambing dengan perkembangan jaman.

“Pemenuhan kebutuhan spiritual dan akademik harus seimbang, karena itu merupakan dasar pokok pengembangan jiwa yang berkarakter,” papar dia.

Menyelami Keajaiban Power of Listening

Suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab berdiri di mimbar seraya berkata, "Wahai manusia, dengarkan dan taatilah apa yang aku katakan." Tiba-tiba Salman al-Farisi, salah seorang sahabat yang berasal dari Persia, berdiri dan berbicara dengan lantang, "Tidak ada lagi kewajiban bagi kami untuk mendengar dan taat kepada Anda."

Mendengar pernyataan itu, Umar bin Khattab, seorang pemimpin yang terkenal dengan ketegasannya, menerima protes keras dari Salman al-Farisi yang mantan budak. Umar tidak merasa bahwa kritikan yang disampaikan Salman akan membuatnya terhina. Karena itu, ia menerimanya dengan lapang dada dan mencari akar masalah yang membuat perintahnya tidak ditaati.

"Wahai Salman, apa yang membuatmu tak mau mendengar dan tak mau taat?" Salman pun menjawab, "Kami tak akan mendengar dan tak akan taat, sehingga Engkau menjelaskan bagaimana Engkau mendapatkan bagian dua potong kain, sementara kami semua masing-masing hanya mendapatkan satu potong saja?!"

Jumat, 09 Juli 2010

Khawatir Tak Dapat Murid

Masa-masa penerimaan siswa baru bukan hanya membuat khawatir para orangtua siswa karena anaknya tidak bisa diterima di sekolah yang sangat diharapkan. Masa-masa PSB juga menyisakan kekhawatiran bagi sekolah-sekolah tertentu yang kadang tidak diminati oleh anak didik lantaran dianggap tak bisa menyajikan pendidikan yang berkualitas.

Kekhawatiran sekolah semacam ini biasanya dialami oleh sekolah-sekolah swasta ang secara rangking kualitas tidak masuk dalam urutan sekolah unggulan. Dan jumlah sekolah semacam ini cukup banyak. Mereka khawatir, pada penerimaan siswa baru ini tidak akan mendapatkan murid yang sesuai dengan kapasitas sekolah.

Sebenarnya kekhawatiran para pengelola sekolah untuk tidak mendapatkan siswa sesuai dengan kapasitas yang telah direncanakan bukan hanya monopoli sekolah-sekolah swasta non unggulan. Masih banyak pula sekolah-sekolah negeri yang juga merasa khawatir setiap penerimaan siswa baru akan mengalami defisit siswa. Justru, di sekolah-sekolah negeri yang dianggap bukan unggulan, kekurangan siswa lebih berat lantaran semakin banyak sekolah-sekolah swasta bermunculan.

Kamis, 08 Juli 2010

Kenalilah Aku, Guru...!!!


Saya membaca satu tulisan seorang guru yang dikenal oleh anak saya di negara tetangga Singapore, dengan judul diatas, ia sangat terbeban dengan pendidikan anak. Karena ia begitu mencintai anak-anak, maka ia mau meluangkan waktu untuk mengetahui perasaan anak saat ia menuntut ilmu di bangku sekolah à Pendidikan di sekolah Singapore, tidak beda dengan di Indonesia, siswa belajar dengan beban tekanan baik tuntutan dari orang tua nya sendiri, kemudian ditambah tekanan dari pihak sekolahnya.

Untuk mencari tahu beban yang dipikul oleh si anak, maka ia rela melakukan penelitian dan ber-empati pada anak-anak yang dirasakan sangat kasihan karena harus hidup penuh tekanan dari dua sisi – Hasil penelitian ini dituangkan dalam tulisan yaitu suara hati anak, yang akhirnya membawa kesadaran berbagai pihak yang terkait à Karena tertulis dalam bahasa Mandarin, maka saya terjemahkan secara bebas, semoga bermanfaat bagi dunia pendidikan kita,khususnya bagi guru maupun orang tua! Cukup panjang,semoga pembaca sabar dan mau membaca hingga habis! Maknailah setiap kalimat itu!

Pernakah anda mendengar :

Rabu, 07 Juli 2010

Hapus Istilah Sekolah Favorit...!!!

Surianda Lubis, penasehat Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Medan mengungkapkan, istilah favorit, unggulan dan non unggulan pada sekolah negeri harus dihapuskan, karena sudah seharusnya setiap sekolah apalagi yang berstatus negeri memiliki standar dan fasilitas sama.

Istilah sekolah favorit, menunjukkan pemerintah membeda-bedakan fasilitas atau sistem pendidikan dan pembelajaran antara sekolah satu dan lainnya, padahal statusnya sama-sama negeri.

Sekolah negeri seharusnya memiliki standar sama, baik sistem pembelajaran maupun fasilitas untuk menghilangkan istilah favorit atau non favorit sehingga tidak menimbulkan kesenjangan.

Senin, 05 Juli 2010

Sekitar 12 Persen Warga Indonesia Miliki Kecerdasan di Atas Rata-rata

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA. Sekitar 12 persen atau 30 juta penduduk Indonesia memiliki kecerdasannya di atas rata-rata. Angka ini sangat tinggi, jika dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, dan Australia.

Hal ini disampaikan pakar fisika Indonesia, Yohanes Surya, akhir pekan lalu. Sebagai negara berpenduduk terbesar ke-4 di dunia yang memiliki 27.5 juta siswa SD, lanjut dia, sebanyak 3,5 juta siswa SD kecerdasannya juga di atas rata-rata.

Buktinya, dalam ajang kompetisi internasional, seperti Asia Physics Olympiad (AphO) dan International Physics Olympiade (IPh0) tim Indonesia sudah mengumpulkan 90 medali dan penghargaan sejak kompetisi dimulai 1993. ''Bahkan Indonesia juara dunia pada pelaksanaan IPh0 XXXVIII,'' jelas Yohanes.

Umar Bakri dan Bangkitnya Generasi Akar Rumput

Umar Bakri adalah seorang guru, tipe pegawai negeri kelas teri. Dadanya tipis, tapi lebih tipis lagi dompetnya. Badannya tinggi namun kurang berdaging, karenanya dia kelihatan agak bungkuk. Wajahnya tirus dengan hidung pesek mirip tutup salep. Kakinya tinggi sebelah sehingga jika berjalan agak timpang. Total kondisi guru Umar Bakri kurang gagah!

Tapi jiwanya sangat besar. Setiap hari dia berangkat sangat pagi dan pulang ke rumah sangat sore. Dia habiskan waktunya demi anak-anak didiknya dari golongan akar rumput. Waktu guru Bakri ditempatkan di pedalaman, dia tidak mengeluh. Dia menjalani profesinya dengan suka cita. Setiap berangkat dia harus berjalan menembus hutan sejauh tiga kilometer, kemudian melintasi sungai dengan menggunakan rakit dan berjalan lagi sejauh satu kilometer. Dia tetap enjoy. Dan biasanya, sepanjang perjalanan dia selalu tersenyum membayangkan akan bertemu para siswanya dan kepada mereka nanti dia akan saling berbagi ilmu dan cerita. Bakri orang yang hangat. Jelas, jika dia seorang tentara, dia seharusnya sudah mendapat medali “Anumerta”. Maaf, maksud saya “Purple Heart.”

Tapi hari ini wajah guru Bakri agak murung. Dia sedang galau memikirkan para siswanya yang setiap tahun selalu seperti itu. Rata-rata siswanya kurang gizi, sulit memahami sesuatu dengan baik dan cepat, berhenti sekolah di tengah jalan atau (yang paling sering) tidak memiliki motivasi dalam belajar. Dia sadar bahwa dia, sebagai guru, belum bekerja secara optimal. Tapi, setiap pergantian tahun, murid yang dia terima di kelasnya selalu mirip seperti itu. Seperti sudah dicetak jadi, dan dia tidak pny banyak pilihan.

Kata Kunci Pendidikan Merupakan Determinasi Kualitas Bangsa dan Negara

Pendidikan seharusnya menjadi prioritas utama di masa depan dan apabila kita ingin menghindarkan diri sebagai salah satu negara terbelakang dan agar dapat turut berperan penting dalam percaturan dunia internasional. Berbagai negara maju yang menganut pendekatan negara kesejahteraan seperti Jerman, Belanda, Inggris, serta negara eropa lainnya dan Amerika Serikat, bahkan negara-negara lain di Asia pun nyatanya sudah meletakkan pendidikan sebagai prioritas pertama dalam program pembangunan. Penempatan prioritas tersebut terjadi bahkan sejak mereka belum menjadi kaya seperti sekarang ini.

Berbagai kritikan dilontarkan terhadap sistem pendidikan yang ada sekarang ini salah satu dari sekian persoalan yakni mahalnya masuk sekolah tingkatan menengah (SMP) atau atas (SMA) atau juga Perguruan Tinggi (PT). Dikatakan bahwa salah satu penyebab sulitnya Indonesia bangkit dari berbagai krisis yang melanda saat ini adalah akibat bobroknya sistem pendidikan. Lebih lanjut, sistem pendidikan nasional yang dijalankan ternyata tidak mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan penuh kreativitas sehingga bisa mandiri. Dan kita semua tentunya tidak ingin sistem pendidikan kita makin lama makin terpuruk.

Kita tentu sama-sama berkeinginan untuk menjadikan bangsa ini melalui sektor pendidikan memperoleh kesejarahan di antara berbagai negara lainnya di dunia. Kita tentunya berharap bahwa bukan karena krisis ekonomi atau karena keuangan negara yang tidak mencukupi lantas sektor pendidikan menjadi terabaikan nasibnya. Namun, penempatan pendidikan sebagai salah satu prioritas utama tentunya harus didasarkan atas rasionalisme yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
smacepiring.com

Efek Samping Dunia Cyber

Beredarnya video mesum mirip artis Ariel Peterpan, Luna Maya dan Cut Tari sontak membuat masyarakat terkejut. Hingga kini kedua video mesum itu menjadi isu sentral media. Permasalahan yang muncul tidak hanya sebatas itu, namun ada banyak persoalan lain.

Kecanggihan teknologi komunikasi membuat video-video porno dapat dengan mudah diperoleh atau diakses. Dalam hitungan detik video mesum dengan cepat tersebar lalu jatuh kepada tangan khalayak. Jumlah pengakses video mirip Ariel semakin hari semakin meningkat bahkan sejumlah data mengatakan ribuan orang yang mengakses video mesum mirip Ariel. Apabila kesulitan untuk memperoleh video mirip Ariel melalui internet, khalayak pun dapat memperoleh dengan melalui handphone dengan fasilitas bluetooth. Sehingga dalam hitungan detik video mesum ini jatuh ke setiap orang. Apakah itu salah satu manfaat dari perkembangan teknologi?

Ironis memang, di tengah kemajuan teknologi komunikasi banyak muncul problem sosial. Muncul pertanyaan sebenarnya apakah kita sudah siap untuk memasuki dunia cyber, mengingat banyaknya persoalan yang kemudian terjadi setelah memasuki dunia cyber. Apakah bisa dikatakan bahwa bangsa ini telah kehilangan identitas (menurunnya moralitas bangsa)? Persoalannya tidak itu saja, dalam hal ini pun pemerintah masih kebingungan untuk membuat Undang-undang Informasi Teknologi (UU ITE). Peraturan ini tidak hanya dibuat begitu saja, namun harus pula didukung oleh perangkat teknologi yang bisa membantu menguatkan UU ITE.

Minggu, 04 Juli 2010

Langit Mendung di Atas Kampus

Ini jeritan hati seorang guru. Mungkin sekali juga jeritan hati seorang dosen dan orangtua. Mari kita hitung. Berapa lama mendidik seseorang anak sejak dari TK sampai berhasil menjadi sarjana. Lalu masih harus berjuang lagi jika ingin menempuh strata S2, kemudian naik lagi S3. Itu semua mungkin diperlukan waktu minimal 20 tahun. Dan untuk berhasil meraih gelar profesor, seorang dosen perlu perjuangan lanjutan lagi. Bayangkan, betapa banyak beaya dan pengorbanan yang mesti dikeluarkan baik tenaga, pikiran, uang maupun emosi.

Membayangkan itu semua, maka sangat wajar kalau acara wisuda sarjana merupakan hari kegembiraan dan pelepasan dari semua lelah serta penantian panjang. Orangtua berbondong-bondong ke kampus untuk menyaksikan hari bersejarah itu. Para wisudawan mengenakan pakaian toga simbol kelahiran kembali sebagai seorang yang telah dewasa secara intelektual. Mereka berfoto ria untuk mengabadikan momen yang amat mahal dan langka dalam hidup seseorang.

Demikianlah, dengan bekal kesarjanaan seseorang lalu menapaki jalan hidup serta karir lebih lanjut. Di antara mereka ada yang berkarir sebagai akademisi di lingkungan kampus dan ada pula yang berkarya di jajaran birokrasi pemerintahan ataupun di sektor swasta. Saya sendiri sebagai seorang guru, dosen dan sementara ini dipercayai sebagai pimpinan universitas, akhir-akhir ini dibuat sedih dan merenung membaca berita berbagai skandal korupsi yang dilakukan oleh mereka yang latar belakang pendidikannya sarjana. Bahkan, ada yang dikenal sebagai akademisi dan profesor.

12 SMP pinggiran kekurangan siswa

Sukoharjo (Espos). Sebanyak 12 sekolah menengah pertama negeri (SMPN) pinggiran masih kekurangan siswa hingga hari terakhir pendaftaran siswa baru (PSB).

Kepala Bidang (Kabid) SMP, SMA/SMK Disdik, Dwi Atmojo Heri menjelaskan, untuk SMPN saat ini memang masih ada yang kekurangan murid. “Dari total 41 SMPN di Sukoharjo, memang masih ada yang kekurangan siswa. Totalnya berdasarkan rekapitulasi kami siang ini, ada 12 SMPN,” jelasnya ketika dijumpai wartawan, Jumat (2/7).

Ia menambahkan, ke-12 SMPN yang masih kekurangan siswa tersebut kebanyakan memang lokasinya tidak bagus alias masuk pinggiran. Dengan kondisi sekolah yang relatif lebih sulit dijangkau, banyak orangtua yang kurang berminat menyekolahkan anak mereka ke sekolah itu. Faktor lain, lanjutnya, lantaran banyak orangtua yang terlalu berorientasi kepada sekolah favorit.

Kamis, 01 Juli 2010

Wong Pinter Kalah Karo “Beja”

Kepandaian merupakan bekal dalam mengarungi kehidupan didunia ini, begitu warisan leluhur kita pada jaman dahulu. Yang dimaksudkan pandai disini adalah kepandaian dalam menuntut ilmu pengetahuan. Maka selalu ditanamkan pesan dan kesan anak sekolah harus pandai. Diharapkan supaya nantinya menjadi orang yang terpandang. Kalau pandai ilmu pengetahuan tentu akan tercapai cita-citanya dan akan mendapatkan kesejahteraan dalam kehidupannya.

Lain halnya dengan orang yang bodoh. Orang bodoh tidak dapat berpikir layak, maka kelakpun juga sukar mendapatkan pekerjaan sehingga hidupnya akan terlantar. Orang bodoh dipersamakan dengan binatang “Kerbau” yang hanya tubuhnya saja yang besar, sementara sepak terjangnya lemah dan dungu. Maka akan menurut tuannya saja ketika dicambuk dan didera untuk membantu mengolah tanah sawah dan ladangnya. Sedangkan orang yang pandai diibaratkan “Burung Elang Rajawali” yang terbang jauh keangkasa tinggi menukik kesana kemari leluasa hinggap ditempat yang diinginkan mencari makan sambil menyanyi-nyanyi.

Gambaran orang yang pandai dianggap mudah dalam mendapatkan derajat, pangkat, dan kedudukan memang sudah merasuk dalam sanubari leluhur kita. Maka tidak mengherankan jika anak sekolah dituntut untuk tekun belajar dan harus menjadi anak yang pandai.